Kematian adalah kenyataan tak terelakkan bagi setiap manusia. Ketika saat itu datang, pertanyaannya bukan hanya tentang apa yang akan terjadi setelah kita meninggalkan dunia ini, tetapi juga tentang kesiapan kita dalam menghadapi seruan terakhir dari Tuhan. Apakah kematian adalah ujian terakhir yang menentukan nasib kita, atau justru penyesalan atas apa yang belum kita lakukan dalam hidup ini? Mari kita selami lebih jauh.
Seruan Terakhir: Ujian atau Penyesalan?
Dalam hidup ini, kita kerap diuji oleh Tuhan melalui beragam ujian. Namun, kematian adalah ujian puncak yang tak dapat dihindari dan menuntut kesiapan penuh. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
"Setiap jiwa akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; dan hanya kepada Kami lah kalian dikembalikan."
(QS. Al-Anbiya: 35)
Ayat ini mengingatkan bahwa dunia ini adalah tempat ujian, sedangkan kematian adalah gerbang menuju evaluasi akhir. Ketika seseorang mendekati ajal, ia mungkin menyesali waktu yang terbuang dan kesempatan yang disia-siakan. Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Dua nikmat yang sering kali dilalaikan oleh manusia adalah kesehatan dan waktu luang."
(HR. Al-Bukhari No. 6412)
Di akhir hayatnya, banyak orang yang merenungkan hidup mereka dan berharap telah lebih baik dalam menjawab panggilan iman.
Persiapan Menjawab Seruan Terakhir
Mempersiapkan diri untuk menjawab seruan terakhir Tuhan membutuhkan ketulusan dan kekuatan iman. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar."
(QS. Al-Ahzab: 70)
Perkataan dan tindakan kita selama hidup akan menjadi saksi dalam menjawab panggilan-Nya. Kematian bukan hanya akhir dari sebuah perjalanan, melainkan awal dari sebuah evaluasi besar atas segala yang telah kita lakukan. Banyak yang merasa terinspirasi oleh pengalaman mendekati kematian, yang membawa mereka pada kesadaran baru tentang pentingnya menjalani hidup yang penuh makna dan ketaatan.
Ujian Terakhir: Sebuah Kesempatan untuk Bertaubat
Ketika menghadapi kematian, ingatlah bahwa seruan terakhir dari Tuhan bisa menjadi kesempatan terakhir untuk bertaubat. Allah berfirman:
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
"Kecuali orang yang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatannya diganti Allah dengan kebaikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Al-Furqan: 70)
Ayat ini mengajarkan bahwa Allah selalu membuka pintu taubat bagi mereka yang ikhlas untuk kembali kepada-Nya. Saat menghadapi ajal, orang sering kali merasa takut dan penuh penyesalan. Namun, jika diiringi dengan taubat yang tulus, kita bisa menjadikan kematian sebagai awal dari kehidupan yang abadi dalam kedamaian.
Kesimpulan: Menyambut Seruan Terakhir dengan Siap
Kematian adalah seruan terakhir dari Tuhan yang memanggil kita untuk kembali kepada-Nya. Saat waktu itu tiba, jawabannya terletak pada iman yang telah kita bangun dan amalan yang telah kita perbuat. Menjawab seruan itu bukan hanya tentang menghindari penyesalan, tetapi juga tentang memenuhi panggilan Tuhan dengan ketenangan dan keyakinan.
Dengan menjalani hidup dalam ketaatan dan keimanan, kita dapat menghadapi seruan terakhir ini dengan ketenangan. Hidup ini penuh dengan ujian, namun di ujungnya ada kedamaian bagi mereka yang telah siap. Kematian adalah akhir dari perjalanan dunia, namun menjadi awal menuju kehidupan abadi yang sesungguhnya.
Sumber:
Al-Qur'an, Surah Al-Anbiya (21:35), Surah Al-Ahzab (33:70), Surah Al-Furqan (25:70).
Hadis Riwayat Al-Bukhari (No. 6412).
0 Komentar