Saya benci mengatakannya; Saya tidak akan terkejut jika pada akhir Desember 2020 atau awal Januari 2021 nanti akan ada berita yang mengatakan bahwa bantuan bencana banjir datang terlambat. Bukan sesuatu yang mengejutkan.
Banjir terjadi secara rutin, hujan hampir selalu terprediksi, dan lumrah saja bantuan terlambat. Seakan-akan, hingga sekarang kita masih belum mampu memprediksi banjir (baca: memprediksi kapan bantuan banjir harus disiapkan agar tidak ada keterlambatan pengiriman bantuan). Padahal, data cuaca, data kondisi aktual, dan data riwayat bencana sudah ada. Sepertinya, yang sebenarnya terjadi adalah tidak digunakannya big data dan artificial intelligence dalam memprediksi kapan dan di mana terjadinya banjir. Sepertinya loh, Saya tak tahu.
Operasional butuh SDM andal!
Saya percaya, sangat percaya, Daerah Khusus Ibukota memiliki banyak SDM yang sangat andal. Setahu Saya juga loh, banyak pula perusahaan teknologi yang paham hal-hal seperti ini. Saya pikir, kolaborasi adalah hal yang lumrah. Atau, untuk menghindari kepentingan bisnis, rangkul saja pihak perguruan tinggi?. Bukankah mereka memiliki kapasitas dan kapabilitas? Bahkan mereka juga punya maha karya yang hebat. Misal mereka yang lahir dari Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional.
Rasanya aneh saja jika keterlambatan bantuan disebabkan ketidakmampuan dalam mengolah data yang diniatkan untuk membuat prediksi bencana yang selalu terjadi.
Atau, mungkin saja keterlambatan bantuan bukanlah persoalan pelik. Ia hanya melahirkan keluhan biasa pada masyarakat. Entahlah, sekali lagi Saya tak tahu.
Ya sudahlah. Kalau memang mentok sana-sini, bagaimana jika minimal masyarakat diingatkan bahwa banjir akan segera terjadi? Sepertinya lumayan untuk menurunkan keluhan masyarakat akibat terlambatnya bantuan. Bener toh? mereka bisa mempersiapkan mental dan material sebelum mengungsi.
Atau mungkin, ini juga tidak dibutuhkan?
Entahlah
Didik Setiawan
Ahad, 15 November 2020
17.24
#GagasanPemuda
#PemudaJakarta
0 Komentar