[foto]
向こうにもね、きっと
つながるよね、ちょっと
急にいなくなるのは 反則だと思うよ
とにかく 今すぐ 聴きたい Your Voice
mukou ni mo ne, kitto
tsunagaru yo ne, chotto
kyuu ni inaku naru no wa hansoku dato omou yo
tonikaku ima sugu kikitai Your Voice
If we are heading that way,
we will be connected, hey
You made me feel nervous, this is against the rule.
I don't care. Right now, I wanna hear your voice
サヨナラ・グッバイ (Sayonara Goodbye), Hatsune Miku
向こうにもね、きっと
つながるよね、ちょっと
急にいなくなるのは 反則だと思うよ
とにかく 今すぐ 聴きたい Your Voice
mukou ni mo ne, kitto
tsunagaru yo ne, chotto
kyuu ni inaku naru no wa hansoku dato omou yo
tonikaku ima sugu kikitai Your Voice
If we are heading that way,
we will be connected, hey
You made me feel nervous, this is against the rule.
I don't care. Right now, I wanna hear your voice
サヨナラ・グッバイ (Sayonara Goodbye), Hatsune Miku
"Aku selalu nggak suka siapa pun yang bilang perpisahan. Temen SMP ku sampai ku marahin gara-gara ini"
"Tapi kan, perpisahan itu suatu kepastian? ada pertemuan ya ada perpisahan"
"Iya, tapi kan seakan-akan nggak akan ketemu lagi selamanya, padahal kan masih ada"
"Ya emang masih ada, perpisahan kan cuma ucapan aja"
"Ya nggak usah pake ucapan gitu kak"
Percakapan itu kembali terpanggil di momen-momen akhir seperti ini, padahal ingatan itu sudah berusia lebih dari setengah windu. Mungkin memang benar jika perempuan lebih dewasa daripada laki-laki pada usia yang sama. Bahkan, Aku sendiri baru memahami esensi pesannya di tahun kedua kuliah.
Satu windu yang lalu, saat masih SMP, Aku ingat pernah membaca sebuah tulisan cinta-cintaan ala bocah yang begitu alay nya. Aku tak begitu peduli dengan kisahnya karena sangat normal dan sering terjadi.
Biar Aku ceritakan. Ada orang yang menjalin hubungan cinta dengan awal yang baik lalu berakhir dengan buruk. Pada kalimat akhir, terdapat kalimat penutup yang menancap begitu kuatnya dalam pikiran. Katanya "sesuatu yang dimulai dengan baik harus berakhir baik pula".
Aku tak begitu paham mengapa pesan itu begitu kuat dalam pikiran, ia membentuk pola pikirku setiap Aku memulai sesuatu. Setiap Aku memulai sesuatu, Aku selalu memikirkan bagaiman cara mengakhirinya. Saat Aku sampaikan gagasan ini, temanku umumnya memberikan respons yang sama "mulai aja belum? ngapain mikir selesainya?".
Alasannya sederhana, kadang Aku berpikir, bagaimana jika apa yang akan dilakukan memang hanya terjadi sekali seumur hidup? alias ketika hal itu berakhir maka yang tersisa adalah perpisahan abadi? sebuah kesempatan yang takkan pernah terulang.
Aku selalu yakin, momen 4 tahun yang terlewati adalah momen-momen terbaik dalam hidup yang dengan berani ku katakan hampir mustahil untuk terulang keseruannya. Bertahun-tahun itu juga Aku selalu memikirkan bagaimana cara mengakhirinya dengan baik. Entahlah, Aku berhasil atau gagal, setidaknya Aku pernah berusaha, benar-benar berusaha mengakhiri masa ini dengan baik. Setidaknya Aku pernah berusaha. Ya, Aku pernah.
Pada pekan-pekan terakhir, Aku secara acak menanyakan banyak teman mengenai cara mereka dalam mengakhiri masa kuliahnya. Jawabannya sangat standar.
"Abis lulus lu mau stay di sini atau balik ke Bekasi? eh Bogor"
"Gua balik dik"
"Loh kenapa? nggak nyari kerjaan di sini dulu?"
"Lu pernah denger nggak hadits apa tuh, yang bilang betapa ruginya seseorang kalo nggak dapet surga padahal kedua orang tuanya masih hidup? (HR. Muslim no. 2551)"
Benar sih, nggak asik aja gagal masuk firdaus karena bersikukuh nggak kembali ke daerah asal haha.
Didik Setiawan
Bekasi, 2 Oktober 2019
20.47
20.47
0 Komentar