Sempat terpikirkan sih untuk menggunakan kata "Kamu" tapi Saya pikir ini malah berbahaya bagi Saya dan dia. Mengikuti gagasan sedemikian detailnya Saya rasa termasuk plagiat meski pun dirinya mungkin setuju-setuju saja, jadi, yaaa Saya putuskan untuk membuat tulisan ini dengan gaya penulisan yang biasa Saya buat. Kalau Kamu dengan "Kamu" maka Saya dengan "Saya". Aku suka gagasanmu itu omong-omong.
"Kamu terlahir dari dua insan bla bla bla"
Gila pikirku, gila keren banget pembukanya. Asli takjub sih orang yang keliatan dingin dan cuek gitu bisa jadi sendu, puitis nan romatis. Sudahlah, kunci dekripsi sudah tersampaikan hehe.
Saya sudah tidak begitu antusias dengan perubahan angka yang sebenarnya penting bagi Saya. Saya pikir memang sudah masanya untuk memikirkan hal yang lebih pantas dipikirkan lebih dalam seperti dia yang nampak sangat susah dijangkau haha. Saya rasa kita punya masalah yang sama mengenai sosok yang sulit dijangkau.
Tidak, tidak, maksudku, keras kepala memang menjadi pilihanku hampir di 6 semester ini.
Jadi teringat cerita teman yang mempertahankan hingga 6 tahun karena first love. Saya rasa itu sah-sah saja, normal-normal saja, meski pun harus Saya sayangkan 6 tahun itu terlarang untuk berlanjut. Kadang cinta memang semenyebalkan itu. Hei bagaimana yang sekarang? semoga ia benar-benar menuntaskannya ya, Aku turut mendoakan kalian.
Tahun ini begitu gila keseruannya. Akhirnya Saya "melakukan-apa-yang-seharusnya-dilakukan". Hasilnya begitu apik, tak terbantahkan, Aku menemukan apa yang memang Aku cari selama ini. Mungkin tidak dicari secara harfiah, tapi benar-benar ditemukan . Entahlah, apakah "ini" atau hanya "pengantar" seperti yang sebelumnya. Saya hanya bisa berdoa. Sebatas itu, Maroon.
Berbicara mengenai harapan. Sederhana sebenarnya. Saya tidak memiliki ambisi tinggi selain hal itu, untuk hal ini, Saya benar-benar menargetkan tercapainya cita-cita semasa SD yang masih terjaga dengan baiknya, Insyaallah.
Kedua orang tua pun sudah memberikan restu akan impian masa kecil itu. Saya rasa, sisa hidup hanya bisa diabdikan dalam perjuangan yang nyata. Karena hidup di dunia hanya sekali, Saya ingin membuatnya penuh arti.
Ketika Saya pergi, Saya ingin tulisan dan kenangan ini akan abadi meski pun mereka yang terkait dan terlibat akan sama-sama mati (juga).
Untukku, Didik Setiawan, selamat tahun baru. Dalam usaha penuh, melanjutkan kehidupan lama dengan semangat yang membara dan harapan yang tak pernah sirna.
Tahu kenapa?
Karena, Setia adalah sebuah pilihan, dan Setiawan adalah sebuah doa yang terhaturkan dengan tulus dari kedua orang tua.
Serta, Didik adalah sebuah jalan ninja, jalan memperjuangkan surga-Nya dan dirinya.
Rabu, 2 Oktober 2019
21.34
Didik Setiawan
"Kamu terlahir dari dua insan bla bla bla"
Gila pikirku, gila keren banget pembukanya. Asli takjub sih orang yang keliatan dingin dan cuek gitu bisa jadi sendu, puitis nan romatis. Sudahlah, kunci dekripsi sudah tersampaikan hehe.
Saya sudah tidak begitu antusias dengan perubahan angka yang sebenarnya penting bagi Saya. Saya pikir memang sudah masanya untuk memikirkan hal yang lebih pantas dipikirkan lebih dalam seperti dia yang nampak sangat susah dijangkau haha. Saya rasa kita punya masalah yang sama mengenai sosok yang sulit dijangkau.
Tidak, tidak, maksudku, keras kepala memang menjadi pilihanku hampir di 6 semester ini.
Jadi teringat cerita teman yang mempertahankan hingga 6 tahun karena first love. Saya rasa itu sah-sah saja, normal-normal saja, meski pun harus Saya sayangkan 6 tahun itu terlarang untuk berlanjut. Kadang cinta memang semenyebalkan itu. Hei bagaimana yang sekarang? semoga ia benar-benar menuntaskannya ya, Aku turut mendoakan kalian.
Tahun ini begitu gila keseruannya. Akhirnya Saya "melakukan-apa-yang-seharusnya-dilakukan". Hasilnya begitu apik, tak terbantahkan, Aku menemukan apa yang memang Aku cari selama ini. Mungkin tidak dicari secara harfiah, tapi benar-benar ditemukan . Entahlah, apakah "ini" atau hanya "pengantar" seperti yang sebelumnya. Saya hanya bisa berdoa. Sebatas itu, Maroon.
Berbicara mengenai harapan. Sederhana sebenarnya. Saya tidak memiliki ambisi tinggi selain hal itu, untuk hal ini, Saya benar-benar menargetkan tercapainya cita-cita semasa SD yang masih terjaga dengan baiknya, Insyaallah.
Kedua orang tua pun sudah memberikan restu akan impian masa kecil itu. Saya rasa, sisa hidup hanya bisa diabdikan dalam perjuangan yang nyata. Karena hidup di dunia hanya sekali, Saya ingin membuatnya penuh arti.
Ketika Saya pergi, Saya ingin tulisan dan kenangan ini akan abadi meski pun mereka yang terkait dan terlibat akan sama-sama mati (juga).
Untukku, Didik Setiawan, selamat tahun baru. Dalam usaha penuh, melanjutkan kehidupan lama dengan semangat yang membara dan harapan yang tak pernah sirna.
Tahu kenapa?
Karena, Setia adalah sebuah pilihan, dan Setiawan adalah sebuah doa yang terhaturkan dengan tulus dari kedua orang tua.
Serta, Didik adalah sebuah jalan ninja, jalan memperjuangkan surga-Nya dan dirinya.
Rabu, 2 Oktober 2019
21.34
Didik Setiawan
0 Komentar