Karisma(tik)


Pasca 10 Juli lalu, Saya berusaha menepati janji pada diri sendiri untuk menghadiri tiap selebrasi yang dilakukan teman Saya. Sebagaimana kegiatan pada umumnya, tentunya Saya pergi dengan lebih dari dua niat. Yap, salah satunya adalah observasi.

Saya selalu mengamati orang-orang di sekeliling teman Saya; sebagai siapa, dari mana, dan mengapa. Selain memberikan loyalitas, mereka yang datang memeriahkan selebrasi tentunya memiliki keterikatan dan keterkaitan tertentu dengan dia. Tapi bukan itu sih intinya, melainkan bagaimana dia merespons teman-temannya.

Bukan sebuah penemuan yang mengagumkan, hanya saja pengalaman ini memberikan sebuah insight, pemahaman, dan pembuktian akan sebuah teori "apa yang kau tanam, maka itu yang kau petik".

Tapi lagi-lagi, bukan itu yang menjadi fokus pada tulisan ini, melainkan bagaimana sebuah karisma melekat pada seseorang. Dan momen selebrasi adalah salah satu kesempatan yang tepat untuk merasakan karisma seseorang.

Karisma berkaitan dengan tingkat keatraktifan dan keramahan seseorang, serta bagaimana ia memengaruhi orang di sekitarnya [1]. Oleh karenanya, orang berkarisma tinggi lebih mudah dijumpai di organisasi sebagai pemimpin, tidak seperti kutu buku apatis dengan impian akademisinya yang egois.

Saya sendiri lebih suka memahami karisma sebagai sebuah hasil dari penciptaan karakter. Ia bukanlah karakter atau pun kepribadian, melainkan hasil baik dari pembentukan karakter dan kepribadian yang berhasil. Karisma terikat dengan pesona pada seseorang, keberadaannya melengkapi kondisi fisik mainstream yang menjadi parameter "kekecean" selayaknya tampan dan cantik. Kerennya, karena karisma merupakan hasil dari sebuah proses, maka ia bisa diciptakan dan dapat menutupi kondisi fisik (pada konteks kece) dalam menyempurnakan penampilan seseorang.

Konsep penciptaan karisma tentunya nggak sembarangan Saya katakan, karena sebenarnya sudah ada penelitian yang membahas parameter orang karismatik itu (harus) bagaimana. Tapi, karena ini bukan tulisan ilmiah yaa nggak Saya bahas hehe.

Jika berpegang pada pemahaman karisma sebagai output dari pembentukan atas proses yang sudah dijalani, maka seharusnya ada proses yang bisa dijalani untuk mencapai tingkat karisma tertentu. Dari yang Saya temukan sih, salah satu cara paling gampang membangun karisma adalah bekerja atau berkontribusi seoptimal mungkin pada suatu lingkungan kerja sama, seperti di organisasi, yakni dengan memberikan integritas lengkap dengan penjagaan hubungan sosial di dalamnya [1]. Bukankah organisasi merupakan sarana pembentukan karakter yang paling ampuh?.

Memangnya, apa sih pentingnya karisma?

Tadinya Saya pikir sih cuma sebagai alat transportasi *plaak. Enggak deh hehe. Saya sendiri melihat karisma sebagai sebuah komponen "fisik" yang bisa terus diperbaiki dan ditingkatkan selayaknya bentuk tubuh. Hmm, sebenarnya masih kurang klop sih, bagaimana ya, karisma itu bisa dirasakan dengan cukup jelas tatkala bertemu orangnya langsung dan berlaku sebaliknya. Seperti yang Saya katakan di awal, Saya lebih suka menganggap karisma sebagai salah satu bentuk pesona pada seseorang selain tampan/cantik dan tentunya ini sangat berguna. Kalau kata Adam [2] sih "You can use charisma to get women in bed, you can use it to win people down the aisle for Jesus, or you can use it to sell insurance"

Saya setuju sih, cuma kesannya agak timpang saja, seakan-akan karisma ditujukan untuk menjadi bagian dari maskulinitas. Di sini, sejujurnya Saya agak bimbang, terlepas Saya juga seorang laki-laki dan lebih merasakan karisma seorang laki-laki daripada perempuan. Entahlah, sepertinya perempuan memiliki suatu konsep lain yang setara dengan karisma dan melekat pada sisi feminin. Tapi poinnya adalah, karisma sejatinya ada pada tiap individu dan dari pengalaman Saya pribadi, Saya sendiri kurang bisa merasakan karisma perempuan.

Konsep karisma ini sendiri baru Saya mengerti tatkala berusia >20 tahun. Saya tidak tahu mengapa itu terjadi, Saya hanya bisa menduga bahwa ini berkaitan dengan kedewasaan dan proses pembentukan karisma itu sendiri. Keterlambatan pemahaman akan karisma membuat Saya terlambat juga memahami kegunaan karisma. Tapi yang pasti, karisma merupakan sebuah kekuatan yang sangat powerfull, dalam sebuah tulisan di Nautilus [2] disebutkan bahwa "Hitler gave people who feel broken a sense of superiority, and the capacity to blame someone for everything gone wrong outside themselves". Dan Saya sangat setuju jika dikatakan bahwa Hitler adalah salah satu orang paling karismatik yang pernah dilahirkan.

Dengan fakta semacam itu, apa Kamu masih berpikir bahwa karisma tidak penting?.

Lalu, bagaimana menjadi sosok yang karismatik?

Kalo kata mama Saya sih "semua itu ada ilmunya, bahkan jadi dukun pun ada ilmunya" wkwk. Entah mengapa Saya sangat suka dengan quote tersebut, skip. Karena Kamu sudah terlanjur membaca tulisan ini dan akan sangat jahat jika Saya mengatakan "cari di google deh" sebagaimana teman-teman kita yang menyebalkan, jadi Saya sudah mencarikannya nih.

Secara sederhana, membentuk diri sebagai orang yang karismatik minimal membutuhkan dua komponen dasar, yakni emosional dan sosial [3]. Jelas, tidak hanya pengendalian pribadi, tetapi juga bagaimana diri kita memanfaatkan dua komponen tersebut untuk memperbaiki diri pada sektor karakter dan kepribadian.

Kita hidup di masyarakat dan bermasyarakat untuk menjadi masyarakat itu sendiri. Kuncinya adalah bagaimana caranya menghindarkan diri dari kesendirian yang apatis. Sendiri boleh, apatis jangan. Keberadaan pengendalian diri akan menunjukkan seberapa dewasa kita dalam memahami keadaan lingkungan sosial dan kondisi emosional diri. Menjadi pribadi yang dewasa tentunya menggusur persepsi masyarakat yang mengatakan "dasar anak kemaren sore".

Setelah pengendalian diri berhasil, selanjutnya adalah pengendalian sosial. Maksud pengendalian sosial di sini adalah bagaimana agar diri kita memberikan pengaruh nyata pada lingkungan. Tentunya beragam konteks dapat diterapkan lengkap dengan kasus spesifik.

Sebagai contoh, apa yang akan Kamu lakukan saat terjebak di lift bersama 8 orang yang semuanya asing satu sama lain?. Tentunya dalam tinjauan emosional dan sosial akan sangat teruji, dimulai dari pengendalian diri kemudian pengendalian lingkungan, see?.

Dalam kasus sehari-hari, biasanya orang-orang karismatik akan sangat terlihat perbedaannya ketika berinteraksi dengan orang lain. Coba Kamu ingat-ingat deh bagaimana teman organisasimu saat berinteraksi dan coba hubungkan dengan karisma yang kamu rasakan. Umumnya, mereka yang berinteraksi dengan baik, bahkan sangat baik, memiliki karisma yang baik juga. Ingat nggak sebuah pertanyaan yang cukup legendaris "bahagia dulu baru tersenyum atau tersenyum dulu baru bahagia?". Karismatik dulu baru bisa berinteraksi dengan baik atau berinteraksi dengan baik dulu baru bisa karismatik?.

Karisma dapat diciptakan dalam berinteraksi gan, seperti berjabat tangan dengan baik serta membangun dan "memberi rasa" pada relasi dengan orang-orang dan situasi yang kompleks [4]. Tentunya, membangun kesan pada lawan interaksi yang berbeda berada dalam artian positif memberikan dampak psikologis yang baik jika dibandingkan para manusia yang berkeyakinan "Saya mah hidup seperti air mengalir saja".

Dalam tulisan Denise di Forbes [5], ada hal keren lainnya yang menurut Saya luar biasa susah sih, yakni membuat lawan interaksi merasakan bahwa dialah satu-satunya manusia yang ada saat itu di waktu itu, alias memberikan perhatian penuh. Saya sendiri memahaminya sebagai kehadiran penuh diri dalam berinteraksi, tanpa gangguan lingkungan, apalagi ponsel.

Sebagai penutup, agar tulisan ini terasa original karya Didik Setiawan, penting banget bagi Saya untuk menyampaikan gagasan pribadi dalam tulisan. Karena biar bagaimana pun ini adalah karya yang terinspirasi dari kehidupan sehari-hari dan bukan plagiat (?) apa sih wkwk.

Dari semua perenungan dan bahan bacaan, Saya meracik karismatik dalam 3K :

Komunikasi - Sudah terlalu banyak tutorial yang menunjukkan bagaimana caranya meningkatkan kualitas komunikasi dalam beragam versi dan media. Dari yang Saya baca, penekanan justru berada pada gestur. Yap, optimalisasi penggunaan tangan dalam berkomunikasi. Gerakan tanganmu untuk menyampaikan gagasan lebih jelas, bukan untuk baku hantam, buat dark joke, atau pun menganjlokkan selera humor orang. Hidup nggak sekonyol itu.

Kompetensi - Kompetensi paling sederhana bisa dibangun pada masa pendidikan. Tak apa tidak menjadi orang pintar yang dipuji guru dan dicontekin teman. Tugasmu adalah menunjukkan bahwa Kamu adalah orang yang memiliki loyalitas tinggi saat kerja kelompok, bertanggung jawab saat menjadi ketua kelompok, dan memberikan penyampaian terbaik tatkala temanmu begitu pengecut dalam menyampaikan tugas presentasi.

Karakter - Berdampingan dengan kepribadian, watak, ego, dan hal pribadi lainnya, tidak menjadikan Kamu dikendalikan oleh sisi emosional diri. Kamu adalah pengendali dirimu sendiri, bukan lingkungan mau pun orang-orang yang membangun lingkungan buruk bagimu. Selain itu, menjadi apatis adalah pilihan terbodoh yang dapat diambil hingga akhirnya Kamu menjadi kaum-kaum -yang di dunia facebook disebut sebagai- nolep. Perbaiki karaktermu, mulai dengan pengendalian emosi dan perasaan.

Serta bonus yang terakhir adalah uniK. Untuk apa menjadi sosok yang karismatik tapi tidak memiliki perbedaan dengan orang-orang mainstream di luar sana?. Unik tidak harus outlier, ia bisa diwujudkan dengan hal sederhana seperti penekanan nama pada nama didiK. Bahkan itu sudah sangat spesifik bukan?.

Biar makin keren sebagaimana tulisan pada umumnya, Saya akan akhiri dengan sebuah quote yang dikutip dari kak moderator di suatu seminar UNJ tahun 2013 atau 2014 lalu tanpa mengubah esensi dan substansinya:

"Jangan jadi diri sendiri, tapi jadilah yang terbaik dari diri. Bagaimana jika ketika kita menjadi diri sendiri, kita adalah pribadi yang buruk? apa iya dipertahankan?.
Tapi, dengan menjadi yang terbaik dari diri, kita membiasakan diri untuk menghilangkan hal buruk dalam diri sendiri sehingga kita menjadi pribadi yang baik sepenuhnya"

Dengan demikian, Saya akhiri tulisan Karisma(tik) ini, Saya Didik Setiawan dan, sial, sudah banyak banget ternyata wkwk.

Wassalamu'alaikum warrahmatullah wabarakatuh

Didik Setiawan

Ahad, 21 Juli 2019
17.38

---

[1] Skills You Need. What is Charisma?. [ONLINE] Available at: https://www.skillsyouneed.com/ips/charisma.html. [Accessed 19 July 2019]. 

[2] Nautilus. 2017. The Anatomy of Charisma. [ONLINE] Available at: http://nautil.us/issue/45/power/the-anatomy-of-charisma. [Accessed 19 July 2019].

[3] Psychology Today. 2010. Charisma: What Is It? Do You Have It?. [ONLINE] Available at: https://www.psychologytoday.com/us/blog/cutting-edge-leadership/201002/charisma-what-is-it-do-you-have-it. [Accessed 19 July 2019]. 

[4] Huff Post. 2014. Charisma. Learn the Secrets of Personal Charm!. [ONLINE] Available at: https://www.huffpost.com/entry/charisma-learn-the-secret_b_9234862. [Accessed 19 July 2019].

[5] Forbes. 2012. 5 Qualities of Charismatic People. How Many Do You Have. [ONLINE] Available at: https://www.forbes.com/sites/deniserestauri/2012/05/03/5-qualities-of-charismatic-people-how-many-do-you-have/#4a0b1af12ea9. [Accessed 19 July 2019].

Posting Komentar

0 Komentar