Rabu, 13 November 2024

 


Hari ini, dalam rasa kantuk yang menyergap, terbaring malas di dalam sebuah kamar di Karawang, diriku memaksa tangan mengetik hujatan pikiran yang menyeruak. Pikiranku terus menghujat tangan untuk menyelesaikan tulisan yang baru saja terinspirasi dari apa yang baru saja terjadi hari ini. Sebagaimana kisah harian yang dialami saat kuliah, Aku pikir, ini adalah pertanda, ini adalah kejadian yang perlu diabadikan dalam postingan blog seperti biasanya.

Habis magrib tadi, sebuah nama perusahaan tiba-tiba melekat dalam kepala. Aku baru menyadari bahwa nama perusahaan tersebut bersarang dalam pikiran mungkin sudah sebulan lamanya. Aku biasa saja, namun setelah diingat-ingat, nama perusahaan ini rasanya enggan pergi dari pikiranku.

Seketika langsung teringat postingan teman Linkedin hari ini. Ada dua postingan yang melekat dalam benak. Pertama adalah temanku yang bekerja di Pertamina Kilang Internasional. Postingannya mengenai dirinya yang baru saja menyelesaikan project, sebenarnya itu adalah postingan beberapa hari yang lalu. Postingan kedua adalah teman Linkedin dari jurusan lain yang baru saja jadi pembicara di sekolah vokasi. Yang membuatku tersentak adalah ia kini bekerja di Shell dengan posisi yang keren. Aku salah ingat, aku kira dia yang suka mengisi materi self development.

Tak lama setelah itu, aku langsung menyadari bahwa teman kelasku lainnya juga baru saja pindah kerja ke Malaysia. Ya, Pprusahaan internasional dan bekerja langsung dari sana. Luar biasa. Buka WFH, tapi WFO langsung dari Malaysia. Ada lagi postingan 2 teman lainnya yang merupakan traveler. Keduanya sama-sama baru saja mereview perjalanan selama di Malaysia.

Selepas dari itu, aku juga teringat postingan hari ayah. Entah mengapa yang kuingat malah temanku yang jadi ayah dengan kondisi sekarang sedang menempuh studi S2 di Jepang. Ingat Jepang, ingat postingan facebook teman yang kini pindah ke Jepang, entah bekerja atau bagaimana, seingatku dulu ia pengajar Bahasa Jepang di sini.

Alangkah kurang ajarnya jika bermacam-macam kejadian ini membuat saya berpikir “tiap orang punya jalannya masing-masing” atau “titik start orang beda-beda” atau “hidup bukanlah untuk lomba mengejar pencapaian”.

Maksud Saya, Allah memberikan semua pertanda ini agar Saya sadar mengenai apa yang harus saya perjuangkan dan impian apa yang perlu saya kejar. Hina sekali diri ini jika semua pertanda tadi ditepis dengan pembelaan yang merupakan manifestasi dari rasa malas Saya.

Seketika langsung teringat obrolan Whatsapp dengan teman Saya di Big4, saingannya PWC, ia merespons “nothing to lose” Ketika saya menyampaikan bahwa saya memiliki keinginan untuk memiliki pekerjaan elit seperti dirinya. Elit di sini benar-benar elit dalam artian harfiah. Dia aja bisa, teman saya bisa, masa saya nggak bisa? Padahal start kuliahnya sama? Saya sangat kurang ajar jika pakai kalimat motivasi untuk menepis fakta yang tidak lain adalah rasa malas yang bersarang.

Malam ini, jam 22.49, dengan rasa malas namun ku paksa mengetik tulisan ini di sebelah buku Mein Kampf, aku masih terus berpikir “apa iya ini adalah pertanda karier saya? Apa ini waktunya berhenti malas? Apa ini waktunya untuk giat belajar mengejar pekerjaan elit yang sebenarnya rasional untuk diraih?. 

Entahlah, Bismillah, Saya akan niatkan dan deklarasikan dengan tulisan ini. Mulai aja dulu dengan niat, Insyallah ke depannya akan ada jalan kan? Insyallah. 

 

Parung Mulya, Ciampel, Karawang  

Rabu, 13 November 2024 

22.51 

 

Didik Setiawan

Posting Komentar

0 Komentar