Momen

"Yang penting momennya dik"
Ucap teman Saya sekitar 3 tahun yang lalu -Aku yakin Kamu baca ini-, saat itu Aku masih belum paham "momen? untuk apa?".

Saya sendiri lebih suka mendefinisikan momen sebagai masa-masa yang menarik, masa yang seru untuk dikenang. Masa yang tidak selalu bahagia, namun darinya bisa didapatkan arsip nostalgia yang membuat kita bersyukur terlahir di dunia yang indah ini.

Dan, hobi Saya yang baru berumur setengah windu ini adalah mengabadikan momen tersebut dengan berbagai cara. Ketika visual ingin diungkit, maka foto dan video menjadi pilihan pasti. Ketika rasa yang ingin diungkit, tak ada yang dapat menyaingi ruh dari sebuah tulisan yang bersanding pada alunan merdu lagu sendu. Tidak, bukan kopi senja maksud Saya, setiap orang memiliki tipe lagu sendunya meski pun, tetap saja mereka memiliki nuansa yang sama.

Kalau kata teman Saya sih, dirinya menganggap tulisannya sebagai 'diary' -Aku baca tulisanmu kok- Kalau Saya sendiri sih lebih suka menyebutnya sebagai 'patok sejarah' yang mungkin akan menjadi pijakan di masa depan tatkala merindukan masa lalu.

Ya, setiap orang punya pandangannya masing-masing tatkala meneropong masa lalu, Saya rasa, Saya, teman Saya yang itu, dan orang-orang lain yang gemar menuliskan secarik kehidupannya pada media memiliki pandangan yang serupa dalam menghargai masa lalu di masa depan. Tak ada yang salah dengan tidak menghargai masa lalu pribadi, toh tiap orang memiliki cara dalam mengabadikan hidupnya, bukankah demikian?.

Momen memang tidak harus diabadikan, ia teringat dalam buaian pikiran dan angan yang dirangkai harmoni oleh para neuron. Hanya saja, Saya lebih suka mengabadikan dengan mengintegrasikannya melalui panca indera yang dapat dioptimalkan saat itu, maksudku, menulis adalah suatu bentuk pengabadian momen.

Bukankah kamu terbiasa mengasosiasikannya dengan lagu? cuaca? bahkan kondisi emosi saat momen tersebut terjadi? dan, bukankah kamu juga menyadari dengan semua asosiasi tersebut justru momen makin melekat kuat?.

Sejak pernyataan teman Saya di bagian awal, Saya akhirnya terus berpikir mengenai momen yang dimaksud hingga akhirnya Saya menyadari bahwa masa muda adalah salah satu momen yang sangat berharga.

Dari rumor yang beredar, tatkala menginjak usia 25 tahun lingkaran pertemanan akan menyusut. Terlepas dari kebahagiaan akibat pernikahan, itu berarti pada masa tersebut keseruan masa muda yang bisa kita raih bersama teman-teman di sekitar akan mulai memudar. Penyusutan lingkaran pertemanan konon hanyalah sebagian dari kemerosotan keseruan kehidupan yang diserobot oleh kebahagian uang.

Entah berapa banyak yang mengatakan bahwa uang selalu berhasil membawa kebahagiaan yang berarti, padahal di masa sekarang ini, iya saat kita berumur belasan hingga dua puluhan ada begitu banyak momen bahagia yang bisa kita raih. Memahami suatu konsep pengetahuan, membantu teman dalam hal sepele, duduk di kursi favorit dalam kelas, dan beragam 'me time' yang biasa kita lakukan.

Banyak momen bahagia dalam kesederhanaan yang akan tergilas oleh kebahagiaan pernikahan -pastinya - dan uang. Tatkala menyadari hal tersebut Saya akhirnya mengerti bahwa momen sederhana adalah suatu kebahagiaan tersendiri yang patut diabadikan. Karena, kelak, suatu saat nanti kita akan mati rasa dengan momen-momen sederhana ini.

Itulah alasan terbesar mengapa tahun-tahun belakangan ini Saya gemar menulis, menulis dengan tema random adalah jalan ninjaku dalam mengenang masa muda yang begitu indah ini. Kalo kata Alvaro Soler & Morat sih "Nuestro momento, sé que ya llego y lo presiento" yang artinya titik titik titik hehe.

Akhir kata, hiduplah seperti Larry the Lobster, menjalani hidup dengan maksimal bukan dengan membahayakan diri seperti yang Patrick Star lakukan. Karena, masuk akal jika kita meniru Eugene Harold Krabs dalam memandang harta di masa depan nanti.

Yang penting adalah momennya, peluh keringat dan rasa terbakar saat berpanas-panasan ke kampus demi mengerjakan tugas 2 sks mungkin akan sangat berharga rasa kenangannya di masa depan nanti.

Sleman, 12 Juni 2019
23.58

Didik Setiawan

Posting Komentar

0 Komentar