Empat Ramadhan 1440 H

Suatu malam Saya bersepeda menuju Indomaret Point melalui Jalan Pandega selepas tarawih pada empat ramadhan 1440 H. Masih dengan rasa kantuk yang menggerogoti ditambah jalan yang terus menanjak, Aku kayuh sepeda adikku demi menyelesaikan transaski online yang dengan penuh kesadaran Aku buat. Seperti biasanya, Aku selalu memantau kendaraan yang berlalu lalang hingga akhirnya Aku mengenali satu kendaraan yang melintas berlawanan arah. Dengan cepat ia berlalu, Aku palingkan wajah berusaha mengenali helm dan plat nomor yang sangat samar. Hanya saja Aku gagal, Aku hanya mengingat warna pink yang bahkkan sama sekali tak pernah Aku lihat di dunia nyata, kecuali . . . sebuah ingatan parsial yang terhubung dengan tulisan Edinburgh (?) entahlah, Aku tak begitu ingat, rasanya itu sudah begitu lama dan kadang Aku hanya berpikir, apa jangan-jangan Aku mulai mengalami delusi?.

Hmmm . . . it's takes time to woke me to the real world

For a moment, I thought, I got a delusion because of a crazy feeling of love for a girl who gave me a stronger spirit, and. . . I was wrong with that, I mean, I stayed healthy as a whole healthy, mentally and physically, so I realized it was just an emotional moment when I really missed her, everything that correlated with her immediately remembered me to her. Damn, I can't express my feelings to her for the near term. How I really miss her. Damn!
---

Assalamu'alaikum warrahmatullah wabarakatuh

Halo gaes, jumpa lagi dengan tulisan aneh karya Saya, Didik Setiawan. Pada kesempatan kali ini, di malam setelah menyelesaikan deadline bab 4, Saya ingin berbagi cerita mengenai momen ketidaksengajaan yang terjadi di awal ramadhan tahun 1440 H. Ini bukan gurauan seperti di awal kok, jadi bukan cerita cinta-cintaan haha.

Sebenarnya cerita ini ingin Saya bagikan di awal yang sangat awal pada bulan ramadhan, hanya saja penelitian untuk skripsi cukup menghabiskan tenaga dan pikiran hingga kandaslah hasrat untuk menulis haha (again).

Jadi gaes, karena jadwal Saya terlalu padat namun bukan kategori sibuk, sekadar penuh aja sih, hampir tiap malam Saya kelelahan selepas tarawih di Masjid Pogung Dalangan. Yaudah tuh buat kopi, saat itu Saya buat dengan kandungan agak pekat karena memang ngantuk parah, mana harus ngejar bab 4. Dua sendok makan penuh kopi kapal api lampung, dua sendok teh krim kafe kapal api, dan satu sendok gula aren yang dibawakan mama Saya setelah beliau ke Yogya pada 10 Maret 2019 lalu. Saya seduh dengan air panas pada gelas Anlene bervolume sekitar 250 mL hingga penuh. Sedihnya, karena terlalu panas -dari sensasi termal air berwujud vapor, sepertinya temperaturnya masih sekitar 365 K- jadi nggak bisa diminum langsung tuh. Saya tunggu biar agak dingin, eh ketiduran wkwkw. Sumpah ini hal lucu bagi Saya pribadi. Bangun-bangun menjelang shubuh dan baru sadar "oh iya puasa, sahurnya gimana? udah mau shubuh lagi". Dalam keadaan bingung dan kesadaran yang belum penuh langsung minum tuh kopi seduhan malam sebelumnya. Seriusan, sampai terasa dingin layaknya air biasa. Dalam keadaan ngantuk dan belum sadar akhirnya tidur lagi, menunggu iqamah Shubuh.

Bangun shubuh pergi ke masjid, badan Saya rasanya beda gan, jadi fresh banget, serasa abis tidur 8 jam full bangun jam 9 pagi, nggak ngantuk sama sekali wkwkw. Saat kultum sampai nggak habis pikir, Saya yang biasanya ngantuk pas sholat shubuh ini jadi segar bugar, bener-bener fresh. Langsung ngeh sih, ini pasti gara-gara kopi dosis tinggi saat sahur.

Hari itu bener-bener staminanya full, hingga tarawih selesai, sumpah eksperimen tubuh yang baru pertama kali Saya lakukan wkwk, gila sih, tapi ya namanya ketidaksengajaan.

Malamnyaa kejadian lagi tuh, ngantuk parah abis tarawih, ya memang lelahnya terakumulasi, kemudian Saya coba lagi trik semalem, tapi turunkan dosisnya yakni satu sendok makan full kopi, sisannya sama. Lalu, ternyata bangunnya fresh (banget) lagi, gokilnya sahurnya kelewatan lagi wkwkwkw. Komedi banget deh awal ramadhan tahun ini haha.

Dari situ Saya berhenti, jeda dulu sih, takut aja, bayangkan perut kosong langsung dihajar kafein dosis tinggi, Saya masih sayang ginjal dan masa depan gan.

Alternatifnya Saya coba minuman lain, yakni teh. Jujur saja ini lebih berisiko di kesehatan sih karena teh yang didiamkan lama bisa basi, tapi bukan Didik namanya jika tak berani bereksperimen.

Dengan cara yang sama ternyata terbukti, segarnya tubuh memang disebabkan kopi, padahal jam tidurnya sama. Saat waktu shubuh Saya pun mengantuk sebagaimana biasanya.

Hmm, ini mungkin life hack, hanya saja Saya sendiri agak takut mengaplikasikannya, masa iya asupan pertama tubuh adalah kopi, kan greget. Kalo kata Yakult sih "cintai tubuhmu, minum Yakult tiap hari".

Tapi, terlepas dari itu semua, semoga hasil eksperimen ini bisa berguna sih, terlebih pada masa-masa yang genting, setidaknya kopi sebagai minuman alami yang diseduh sendiri jauh lebih baik dari minuman energi sintesis, bukankah demikian?.

Sekian karangan bebas episode ini, sammpai berjumpa di karangan bebas lainnya hehe.

Salam literasi,

Didik Setiawan

---

Padukuhan Pogung Dalangan, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Provinsi Daeerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

Ahad, 12 Mei 2019, 8 Ramadhan 1440 H
22.18

Posting Komentar

0 Komentar