GILA!Dari semua kemungkinan yang ada, kenapa harus terjadi lagi? momen aneh lagi?
GILA! GILA! GILA!
Teruntuk Didik Setiawan di masa depan.
Hei dik, Aku nggak tau Kamu bakalan malu atau gimana baca tulisan ini di masa itu, hanya saja terimalah kenyataan bahwa dirimu pernah se-alay ini. Aku harap dirinyalah yang bersanding dengan dirimu, jika bukan, biarkanlah tulisan ini menjadi prasasti bahwa dirinya sedemikian berarti bagimu, sedemikian sehingga membuatmu bertindak demikian gilanya, GILA DIK!!.
Sabtu ini adalah sabtu pertama jadi part-timer di Fisip Mart karena pekan lalu libur. Semua normal saja hingga Aku memutuskan menyicil skripsi di sana hingga maghrib. Aku hanya berpikir "Ah, Aku rindu dengan Fisipol hingga senja". Sampai senja, keinginan pulang pun sirna ketika teringat "sudah lama rasanya tidak sholat maghrib di maskam, apakah ada perubahan?".
Ingatlah dik, semua normal sebagaimana biasanya, kita pulang dari fakultas timur kemudian mampir maskam, normal sebagaimana biasanya!.
Di maskam sedang ada renovasi tempat wudhu, sholat hampir masbuk, untungnya imam memilih surah Al-Qiyamah yang dipecah dua rakaat. Akhir sholat pun normal.
Hal tidak normal bermula di sini.
Entah mengapa Aku memutuskan memilih jalan memutar, melewati psikologi, lembah, kedokteran hewan, baru menuju jalan teknika selatan.
Padahal, biasanya lebih memilih kembali melewati fispol, kehutanan, baru teknika selatan.
"Aku rindu daerah itu" begitu pikirku. Karena Aku yakin tidak akan bertemu hantu atau pun mengalami kecelakaan. Aku yakin Allah selalu melindungiku.
Kemudian semuanya kembali normal, mengantre lampu hijau di perempatan MM UGM, meski pun di depan mata ku ada seorang anak kecil yang membuang kemasan Ultra Sari Kacang Ijo begitu saja ke jalan. Si bapak pun hanya diam saja tanpa menegurnya.
Aku pun memungutnya karena begitu takut menegurnya. Lagi pula, membiarkan sampah tersebut tergeletak di jalan sama saja seperti membiarkan keburukan di depan mata terjadi begitu saja, padahal Saya bisa memperbaikinya.
Lalu, Aku letakkan sampah tersebut di tas bagian kiri, hendak Aku buang di tempat sampah terdekat.
Tetap normal semuanya.
Menyebrangi Jalan Kaliurang, dari jalur tengah menepi ke kiri. Persis sebagaimana kita berkendara sepeda biasanya. Tatkala sepi langsung ambil jalur kanan untuk menghindari tabrakan, apalagi kecelakaan. Normal, sebagaimana biasanya.
Dengan gowesan penuh langsung alih jalur dari paling kiri menjadi paling kanan, karena ketika sudah melewati bunderan teknik proses ini makin sulit dan berbahaya.
Ingat jalur puteran di depan Pascasarjana? Iya yang depan Biologi itu.
Saat itu remang-remang, dalam keadaan memacu sepeda tiba-tiba motor yang (hampir) terakhir di jalur puteran itu melintas begitu saja. Motor matic merah, tapi merknya . . .
Hei? kok merk dan model motornya sama?.
Seketika Saya amati postur pengendara tersebut.
Postur tubuhnya mirip, lengkap dengan jilbab biru yang panjang dan gamis hijaunya yang nampak tidak serasi.
"Ah bukan, motor dia bukan merah, rasanya nggak mungkin dia minjem motor, kan biasanya bawa motor sendiri terus" begitu pikirku singkat.
Saat Aku kembali fokus ke jalan, Aku jumpai mayoritas kendaraan berwarna merah.
What the??
Seketika sadar, kondisi remang-remang, gelap, dan lampu belum menyala. Warna merah yang terlihat adalah pantulan dari lampu belakang kendaraan!. Motor yang Aku lihat tadi bukan berwarna merah! tapi warna aslinya merefleksikan warna merah dengan baik!.
Seketika ingat bahwa style kerudung dan gamis yang ia kenakan cenderung unik, alias (hingga sekarang ini) cuma dia yang mengenakan pakaian tersebut. Langsung liat helm. Dar! itu helm dia! -kita berhasil mengingat helmnya pada hari kamis 14 Maret 2019 tatkala melihat motornya di parkiran departemennya.
Sayang, ketika ingin validasi plat nomornya ia langsung menghilang di tengah keramaian pengendara. Entah ke Monjali atau teknik. Dugaanku, dia selepas pulang dari Pogung. Entahlah.
Di jalan Aku terus berpikir, apa iya itu dia?. Kenapa harus terjadi momen aneh ini?.
Di dekat Dysha, Pogung Kidul, kita sejenak berhenti tuk berpikir "apa itu tadi nyata?" terlihat pukul 18.43.53 dengan penambahan waktu sekitar 15 menit.
Kemudian semua kembali normal, sampai kos dengan selamat, Alhamdulillah.
Beres-beres tas, eh, sampahnya lupa di buang.
Awalnya biasa saja. Dua detik kemudian langsung tersentak.
Lihat angkanya! hanya terdapat satu digit perbedaan dengan plat nomor dia.
Akhirnya sedikit merenung, apa jangan-jangan tanggalnya merujuk pada suatu hal.
Ingat dik? saat itu kita segera memerikan log aktivitas kegiatan harian tahun 2018 dan tidak dijumpai apa-apa. Itu bukan pertanda, begitu kita pikir awalnya.
Aku langsung merujuk pada 22 Desember 2017, dan . .
Iya,
Itu adalah hari mudik ke Bekasi setelah hari sebelumnya . . .
Baca ini dik : Selamat Ulang Tahun Ke-21!
Gila sih. Dari semua kemungkinan yang ada, mengapa harus terjadi momen yang aneh ini, lagi??.
Dari semua perempuan yang Aku kenal, Aku sangat jarang melihat mereka di jalanan, tapi mengapa dirinya yang paling sering Aku jumpai??.
Subjective validation? Cherry pick?
No!
Kita selalu mengamati semua orang yang nampak dikenal tatkala berada dalam perjalanan untuk membuang rasa "cocoklogi" ini dik, hasilnya?
Nihil!
Aku selalu merasakan momen aneh ini, berulang kali sejak 2017. Jangan tanya mengapa, karena Aku pun tak tau!.
Kebetulan? kebetulan kata Kamu? Kamu masih percaya dengan kebetulan?
Maaf saja, Saya sudah tidak percaya kebetulan, Saya hanya mempercayai takdir Allah yang sudah tertulis di lauh mahfudz!.
Sleman, Ahad, 7 April 2019
14.29
Didik Setiawan
0 Komentar