Musim Hujan Akan Usai

 

 
April, 2019.

Kutuliskan sebuah catatan kecil mengenai perjalanan akademik yang begitu berkesan. Berharap semua kenangan ini menjadi secercah nostalgia bahagia tatkala memperjuangkan sang sarjana.

Sudah 6 bulan berlalu, bila menghitung mundur maka akan kita jumpai bahwa musim hujan dimulai pada November 2018 lalu. Nampaknya pemanasan global "belum berhasil" mengubah iklim kemarau-hujan di sini, ia masih membiarkan mereka bergantian dalam 6 bulan. Jika pola ini masih seperti tahun-tahun sebelumnya, maka seharusnya sebentar lagi musim hujan akan pergi menyisakan kemarau yang (mungkin) sedikit dirindukan.

Lagi-lagi sama seperti musim hujan ditahun-tahun sebelumnya, ia nampaknya melampiaskan semua curahnya di bulan-bulan terakhir menjelang kepergiannya. Terhitung sejak januari hingga hari-hari belakangan ini saudara di wilayah Indonesia lainnya mengalami musibah banjir dan longsor. Terlepas semua itu memang konsekuensi logis dari perbuatan manusia, sang hujan memang kerap menumpahkan semua curahannya menjelang kepergiannya.

Ketika ia pergi, pada awalnya akan banyak yang bahagia lantaran musibah tersebut (seharusnya) tidak akan terjadi, karena memang si hujan adalah biang keladinya. Mereka berdalih "kalau tidak hujan, hutan gundul nggak akan mungkin bikin banjir, apalagi longor!". Jelas! ketiadaan air memang membawa musibah lain, bukan si banjir maupun longsor yang begitu mencintai air.

Musim kemarau berarti kekeringan. Nanti, banyak media yang akan menampilkan berita kekeringan, krisis air, tanah gersang, kebakaran hutan, dan bahkan kebakaran rumah akibat listrik yang bermasalah. "Udara panas! api cepat menyebar!" begitu kata mereka dengan ringannya seakan musim kemarau begitu mencintai api. Ya, (jika dunia kita masih normal, seharusnya) masih seperti tahun-tahun sebelumnya.

Atau bisa saja, ada kebaikan dan keberkahan yang tiba-tiba menimpa negeri ini sehingga musibah tersebut tidak terjadi, siapa yang tau?.

Ayolah, musim kemarau tidak seburuk itu

Ia mungkin tidak membuatmu tertidur dengan lelap
Ia hanya menciptakan banyak momen dan pertemuan yang tidak sirna menjadi harap
Disaat musim hujan menghalaumu pada kegagalan pertemuan, musim kemarau tidak demikian
Di situlah alasan "cuaca mendung takut hujan" terbantahkan

Kamu mungkin merindukan gerimis yang manis
Merindukan sendunya langit biru
Tanpa memikirkan betapa banyak pengusaha yang laris manis
Para penjagal yang tersenyum bahagia melihat dagingnya tidak cepat membiru

Penjual makanan panas tidak laku
Penjual minuman dingin laku

Selamat tinggal demam dan flu
Selamat datang radang tennggorokan dan sakit paru

Mengutip dari perkataan yang sempat populer di lingkungan Saya

Kamu baik.
Kamu dibutuhkan, oleh dirimu sendiri dan orang lain.
Oleh karena itu, jaga kesehatan :)

Sleman, 5 April 2019
16.47

Didik Setiawan

Posting Komentar

0 Komentar