SIT! 2 : Cara Membeli Persahabatan dan Cinta dengan Uang
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warrahmatulllah wabarakatuh
Sebelum di buka lebih lanjut, mohon maaf telah mengecewakan pembaca sekalian, mungkin tulisan ini tidak seperti ekspektasi dan harapan kalian karena ini bukan tutorial cara mendapatkan persahabatan dan cinta hanya dengan memberikan uang secara langsung. Bagi siapa pun yang berpikiran seperti itu Saya persilahkan untuk meninggalkan tulisan ini hehe.
Sebagai permulaan, mungkin Saya mau atur mode bahasa terlebih dahulu. Di tulisan ini, Saya akan menggunakan gaya bahasa “Aku - Kamu” agar feel yang dirasa lebih kuat dan mode tulisan diary agar membangun kesan yang mendalam.
Lets read it, scroll down!
---
Aku tuliskan resahku pada gugus kalimat
Berharap kerak pikiran yang begitu berat
Pergi dari sisa hati yang kian melarat
Mengetahui kejamnya kuasa uang yang kian menjerat
Sedih, kini uang melebihi fungsinya sebagai alat, tetapi juga sebagai maklumat
Halo halo hai! Jumpa lagi dengan tulisan aneh karya Didik Setiawan. Pada kesempatan kali ini Aku akan berbagi hasil pengamatan dan mungkin sedikit penelitian yang Aku lakukan sejak 2016 lalu. Kesimpulannya sendiri baru Aku dapatkan akhir 2017 lalu dengan rasa yang cukup menyesakkan dada.
Pada tulisan kali ini Aku membawakan banyak teori yang secara umum kita akui kebenarannya, terlepas dari “ah itu mah teori doang, praktiknya beda!” Aku hanya berusaha berbagi bahwa teori yang jika dikombinasikan dengan trik jitu dapat menjadi kenyataan yang luar biasa hebat (?).
Aku juga mengikatkan aturan-aturan ketat yang menjadi batasan penerapan teori yang terkait, tentu saja pertimbangannya merujuk pada efektivitas keberhasilan metode ini (?).
Bagian 1 : Membeli Persahabatan
Beruntunglah dirimu yang memiliki kelebihan harta, namun Kamu dapat mencelakakan dirimu jika tak menggunakan uang dengan bijak.Lingkup persahabatan seharusnya dimiliki setiap orang, berbeda dengan cinta yang barangkali tidak dimiliki setiap orang pada waktu sekarang ini. Ketersediaannya sepanjang waktu -sebelum akhirnya bertemu dengan jodoh- inilah yang menjadikan keberadaan sahabat begitu penting dan memengaruhi kehidupan kita.
Sahabat umumnya didapatkan dari proses upgrading teman biasa. Secara sederhana sahabat adalah level tertinggi dari seorang teman karena bagi sebagian orang keberadaannya menentukan eksistensinya secara nyata, namun tidak secara biologis.
Karena didapatkan dari proses upgrading hubungan interpersonal, sahabat ini nggak mungkin banget didapatkan dalam waktu yang singkat. Yap, dia harus didapatkan dengan waktu yang cukup lama.
Sudah siap? Mari kita lanjutkan!.
Aturan pertama : Konversikan uang menjadi waktu
“ Waktu adalah uang”
Konsekuensi dari ungkapan umum ini bermakna dua hal :
- Orang yang punya banyak waktu berarti punya banyak uang dan sebaliknya
- Orang yang punya banyak uang berarti punya banyak waktu dan sebaliknya
“ah itu mah teori doang, praktiknya beda!”
Kita perlu memanipulasi konsep yang ada agar metode yang terbentuk terlihat sedikit masuk akal. Pertama, dalam konsep persahabatan, menginvestasikan waktu berarti memberikan loyalitas dan kesetiaan.
Loyalitas dan kesetiaan adalah harga mati dari suatu persahabatan, Kamu nggak akan bisa menukar ini dengan apa pun. Sebaliknya, Kamu harus menukarkan uangmu itu dengan waktu agar loyalitas dan kesetiaan bisa Kamu berikan kepada orang yang Kamu targetkan sebagai sahabat.
Kedua, memberikan uang atau apa pun yang Kamu harapkan dapat menggantikan loyalitas dan kesetiaan berupa waktu adalah cara terbodoh untuk mendapatkan sahabat.
Ketiga, pada masa awal memperjuangkan keberadaan sahabat, waktu yang diberikan kepada mereka adalah masa-masa yang sangat penting dalam perajutan keakraban.
Aturan kedua : Rahasiakan kekayaanmu
Salah satu hal tersulit bagi orang yang memiliki kelebihan harta adalah menyembunyikan hartanya tersebut. Merahasiakan kekayaan mutlak diperlukan sebagai “alat” merangkul golongan mereka yang tidak setara tingkatan kekayaannya. Kita semua menyetujui bahwa yang paling tidak disetujui dari orang kaya adalah kesombongannya, dengan pamer misalnya. Padahal, jika kita mau sedikit berpikir, hanya segelintir orang kaya yang berniat pamer, sisanya hanya menggunakan barang berkualitas tinggi dan berharga mahal yang kebetulan saja kita ketahui sebagai barang yang mahal.Nah! Di sinilah asosiasi psikologis bekerja. Awalnya kita beranggapan bahwa semua itu normal -memiliki barang bagus adalah hal yang normal- hingga akhirnya kita menyadari bahwa ia adalah orang kaya. Kemudian dengan rasa iri, dengki, dan kotornya sebagian hati dan pikiran kita, kita menganggap bahwa dia sombong, ingin pamer!. See? Paham kan bagaimana liciknya diri kita dalam memandang kesombongan orang kaya – yang padahal mereka nggak ada niat sombong, sekadar menghargai diri sendiri sesuai penghasilan mereka.
Saya punya seorang teman yang orang tuanya bisa dikatakan bekerja di perusahaan yang membuat keluarganya kaya. Ia memiliki banyak teman, penampilannya nampak sederhana. Ia menampilkan diri sebagai sosok sederhana yang sama sekali tidak menunjukkan kekayaannya, Aku pun sebagai teman turut shock tatkala tahu betapa kayanya keluarganya.
Aturan ketiga : Siap sedia menalangi dana
Ketika kamu masih sekolah apa pun jenjangnya, kerja kelompok yang membutuhkan dana selalu menjadi kesempatan terbaik dalam membangun citra sosok sahabat yang baik. Kamu harus bisa memosisikan dirimu sebagai “sumber uang” yang selalu ada ketika dibutuhkan. Ingat, ketika dibutuhkan saja, bukan selalu ada tiap saat. Hal ini penting mengingat keberadaan hartamu yang selalu tersedia membuat aturan kedua dengan mudah terlanggar secara otomatis.Tatkala menalangi dana, Kamu harus bijak dalam mengatur strategi. Kamu tidak boleh memonopoli sumber keuangan, tapi juga jangan selalu menjadi “sumber terakhir”. Kamu harus menyusun strategi bagaimana caranya mengeluarkan uang saat banyak orang sangat membutuhkan uang. Misalnya saat ada ujian mendadak yang membutuhkan modal, saat iuran panitia, acara di kelas, termasuk sumbangan teman yang sakit. Intinya, talangi dana tapi tetap rahasiakan kekayaanmu.
Aturan keempat : Jangan sering kasih traktiran
Biar nggak keliatan sombong, sederhana saja. Ketika identitas Kamu sebagai orang kaya sudah terbongkar, semua proses akan berjalan lebih sulit. Kamu menjadi tujuan untuk dimintai traktiran tatkala ada momen makan bersama. Kondisi terburuknya akan terjadi pemerasan sih, tapi Aku rasa kamu cukup cerdas untuk menyaring teman semacam ini.Kunci traktiran yang tepat adalah ketika Kamu mentraktir hal-hal kecil seperti gorengan, permen, snack murah, dan benda berharga merakyat lainnya. Dengan traktir harga semacam ini, identitas kekayaanmu agak sulit terlacak karena barang dan benda yang kamu traktir adalah hal yang terjangkau untuk masyarakat kelas bawah juga.
Satu lagi mungkin yang tak kalah penting, berhati-hatilah dalam menginisiasi traktiran. Selain peluang dicap sombongnya besar, pembukaan kedok sebagai orang kaya adalah misi “bunuh diri”. Pastikan traktiran yang Kau berikan bukanlah suatu hal yang sangat mewah, lain halnya jika memang itu adalah perjanjian atau nadzar antara kalian di lingkup pertemanan. Maksudku, Kamu memang mendapatkan kesempatan untuk memberikan traktiran, bukan temanmu.
Tulisan belum terselesaikan, Insyaallah akan diperbarui~ (update 19/11/2024 11.59: tidak ada update lagi, Saya sudah lupa dan terlalu malas untuk update)
0 Komentar