Lima Cara Praktis Menilai "Kealiman" Seseorang

SIT! 1 : Lima Cara Praktis Menilai “Kealiman” Seseorang 

Pendahuluan

Assalamu’alaikum warrahmatulllah wabarakatuh

Sesuai janji Saya, Saya akan memulai Serial Ilmu Terlarang! (SIT!) dengan tulisan ini. Sedikit cerita, sebenarnya judul asli tulisan ini adalah “5 Cara Praktis Memilih Pasangan” dengan rencana publikasi di catatan facebook pada bulan Maret 2017. Namun, karena banyak hal akhirnya Saya mengubah konsep tulisan ini. Secara konten tidak berubah sih, hanya filosofi penyampaiannya yang berubah. Misalnya, “memilih pasangan”, padahal tulisan ini sangat islami dan tidak semua orang suka yang islami. Memang sih, ini sangat subjektif mengingat Saya menyukai orang yang islami. Kemudian, lokasi publikasi pun berubah mengingat facebook Saya sudah banyak mengalami intervensi oleh teman-teman Saya. Lagi pula, judul dengan permulaan “5” adalah suatu yang Salah, karena judul sebaiknya tidak dimulai dengan angka, tapi dengan kata, begitu sih materi SBMPTN yang Saya ingat.

Pada tulisan ini akan ada dua versi, versi pertama adalah versi 11 Mei 2017 (ide asli pada saat itu, banyak berupa poin, sengaja Saya biarkan tanpa penambahan kalimat) dan versi kedua adalah versi 2019 dengan sudut pandang Didik Setiawan yang lebih dewasa.

Selamat membaca!
 



Versi 2017

Saat masa mahasiswa, hiburan yang paling seru adalah bahas jodoh, dari maba hingga tingkat akhir, topik ini selalu asyik tuk diperbincangkan. Nampaknya suatu hal gaib memang selalu mengundang rasa penasaran tiap insan.

Sayangnya, guyonan itu kadang nggak memberi hasil apa-apa, murni sekadar hiburan, padahal setiap hal yang dilakukan pasti akan dipertanggung jawabkan. Membahas jodoh dan yang berkaitan dengannya menjadi hiburan dan semangat tersendiri, tapi sayangnya obrolannya menjadi sampah lisan belaka tanpa menuai apapun. Atas dasar itulah Saya tergugah tuk menyampaikan gagasan secara berbeda, sebuah gagasan yang lahir sebagai bentuk simpati terhadap fenomena yang juga Saya alami.

Ini adalah gagasan yang Saya godok mungkin hampir setahun, semua data dan analisis Saya lakukan sejak awal maba hingga sekarang. Jadi, tulisan ini lahir dari pemikiran mahasiswa teknik yang mungkin terlalu kaku dan banyak salah, karena engineer selalu salah.

Jika Kamu merasa tulisan ini sangat tak sesuai dengan jiwamu, mungkin main kamu terlalu jauh, tidurmu terlalu larut, sehingga qalbumu terlalu berat tuk menerima sebuah kenyataan tersirat.

[Dalil memilih pasangan berdasarkan agama]

Seharusnya, dalil ini berlaku untuk perempuan juga dalam memilih laki-laki dong.

Versi 2019

Kalimat pembukanya nampak alay dan berlebihan haha, tapi Saya masih sependapat dengan pemikiran Saya saat itu. Satu hal yang sanat perlu dipertegas adalah ketika kita begitu pekat dengan dalil yang menyatakan bahwa memilih perempuan kalau bisa diutamakan memprioritaskan agama, maka perempuan dalam memilih laki-laki pun harus demikian. Pada kenyataannya, dari yang Saya baca dan dengarkan memang memilih laki-laki berdasarkan agama adalah pilihan yang tepat, karena jika laki-laki tersebut bukanlah seorang penyayang, setidaknya ia tidak akan menyakiti istrinya karena takut akan aturan Allah lengkap dengan dosa yang ditanggung.
 



Versi 2017

Sebagai informasi tambahan, penomoran yang dilakukan merujuk ide yang muncul di kepala Saya, jadi tak bermakna apa-apa. Gunakan ponsel Anda yang pintar untuk memahami kromosom XX dan XY.
 
Untuk kromosom XX :

Subuh itu salah satu momen terbaik untuk tidur, hebatlah mereka yang bisa bertahan dari subuh tanpa tidur lagi. Bagi mahasiswa apalagi cowok, bertahan dari subuh karena tidak dituntut adalah suatu kebanggaan tersendiri mengingat semua cowok itu pada dasarnya males. Lain halnya jika orang tersebut berada di pesantren atau sejenisnya.

Bangun aja sulit, gimana kalo yang bela-belain sampe sholat jamaah kan? Kebayang dong betapa tunduknya ia pada Allah? Godaan tidur itu berat loh. Sholat subuh dengan catatan bahwa ia nggak ada tuntutan ada kewajiban setelah subuh, alias dengan kemauan diri, kayak misalnya terpaksa bangun subuh biar bisa langsung berangkat sekolah atau kantor.
Untuk kromosom XY :

Jilbab itu perkara yang cukup sensitif, ada yang mengatakan bahwa ayat tersebut sangat spesifik merujuk pada suatu golongan (masyarakat Arab saja) sehingga tidak begitu relevan dengan masyarakat kita. Tapi sayangnya, esensi dalil ini begitu mendalam, ia tidak terikat dengan budaya atau apa pun yang membatasi, tapi lebih merujuk pada identitas perempuan muslim, seorang muslimah, serang perempuan tulen jika disinonimkan ke dalam bahasa Indonesia. Ya, islam memberi identitas seorang perempuan tulen dengan aturan jilbab yang sesuai dalil tersebut.

Versi 2019

Satu hal yang menjadi kata kunci utama di sini adalah tingkat ketulusan dari orang tersebut. Sholat subuh jamaah yang dilakukan karena aturan pesantren tentunya berbeda nilainya dengan mereka yang bangun karena alarm di kosnya. Begitu juga dengan jilbab. Jilbab yang menjulur karena aturan sekolah atau organisasi misalnya, tentu sangat berbeda nilainya dengan perempuan yang dari lubuk hatinya menjaga agar jilbabnya tetap terjulur rapi. Saya tidak tahu bagaimana ribetnya mengenakan jilbab, hanya saja jilbab panjang terlihat repot digunakan. Perempuan yang rela mengenakan jilbab ribet demi syariat? Alangkah baiknya dirinya.
 



Versi 2017
 
Untuk kromosom XX :

Sholat jamaah itu nggak susah, tapi kadang males aja. Jauh, lama, dan kadang ngerepotin karena harus antre wudu. Tapi yaa biar bagaimanapun kewajiban tetaplah kewajiban. Kewajiban yang pasti dari laki-laki adalah sholat jamah, kewajiban ketika menikah bertambah dengan menafkahi keluarga. Lantas, bagaimana ia bisa memastikan akan menafkahi keluarga dalam rangka ibadah jika solat jamaah saja dengan alasan yang tak diperkenankan dengan ringan ia tinggalkan?.
Untuk kromosom XY :

Tuntutan berat dari semua laki-laki adalah menjaga pandangan. Kita dianugerahi mata autufokus yang benar-benar tinggi. Pasti pernah berjumpa suatu kasus kadal perempuan yang menarik, cantik, dan nyentrik. Pernah kebayang berapa mata yang mengamatinya? Mengapa mereka nggak melindungi dirinya dengan menggunakan warna yang aman dari mata kita? Padahal perempuan yang baik adalah yang menjaga dirinya, dengan andai meiliah warna yang aman seharusnya menjaddi petunjuk bahwa ia berusaha tidak menjadi “mangsa mata” dari golongan laki-laki bukan. Apa kamu pengen istimu kelak menjadi mangsa? Saya sih tidak.

Versi 2019

Pastikan laki-laki tersebut sholat jamaah bukan karena paksaan. Yaa sebenarnya semua indikator yang Saya tulis mengharuskan bahwa orang tersebut melakukannya bukan karena terpaksa. Serta tentunya pastikan seberapa sering orang tersebut mengajak orang lain untuk turut serta sholat berjamaah bersama. Hal ini menunjukkan bahwa ia ingin orang lain pun memperoleh pahala, jadi tidak dirinya saja yang memperoleh pahala atas usahanya sholat berjamaah. Sederhananya, tidak egois dalam memperjuangkan surga.

Nah untuk perempuan cukup berat. Dari pengamatan dan wawancara kepada teman Saya, sejatinya perempuan sangat butuh aktualisasi dan pengakuan publik terhadap eksistensi dirinya. Oleh karena itu pada umumnya perempuan sangat memperhatikan bagaimana ia berpakaian baik dalam kehidupan nyata mau pun dunia maya, apalagi dunia Instagram. Umumnya, perempuan menggunakan pakaian yang membuatnya makin cantik. Beruntunglah jika itu tidak mengandung warna yang mencolok, namun jika ternyata ia nampak sangat cantik dengan warna mencolok, maka di situlah keimanannya diuji. Ia harus memilih apakah menggunakan pakaian mencolok dengan kebahagiaan batin yang tak hingga lantaran merasa cantik atau merelakan terlihat biasa dengan alasan mematuhi perintah Allah. Lihatlah, betapa besar pengorbanan perempuan tatkala mengalami konflik batin!.
 



Versi 2017
 
Untuk kromosom XX :

Menurutmu, kenapa sholat jumat wajib bagi laki-laki? Kamu tau nggak sih kalo setiap selesai jumatan seharusnya keimanan dari laki-laki itu bertambah? Yaa minimal lebih baik dari sebelum dateng sholat umat. Sekarang bayangkan bagaimana kapasitas mereka yang suka berburu kajian, mereka berburu bukan karena makanan, bukan karena di suruh, tapi keinginan hati, bahkan mereka sampe nyari video kajian? Percaya nggak? Sebagian temen Saya gitu. Mereka terus berusaha memperbaiki diri, cocok jadi kepala keluarga kan?.
Untuk kromosom XY :

Rok itu identitas sekaligus pembeda. ini adalah sebuah ayat yang merujuk pada identitas dan pembeda. Dalam matematika, suatu akar-akar suatu persamaan dapat dibedakan dengan diskriminan, apakah ia real atau imajiner, ada suatu parameter yang menjadi tolak ukur, yakni diskriminan tersebut. Islam sendiri sudah memberi patokan bahwa dalam berpakaian ada pembeda antara laki-laki dan perempuan. Dengan menjalani perannya sebagai perempuan, maka ia pun berpotensi besar memahami perannya sebagai ibu kelak di kemudian hari. Namun, penggunaan rok tentunya tidak sekaku itu, rok bisa berganti celana jika kondisi yang memaksa, misalnya saja anak geofisika yang harus ambil data lapangan, akan berbahaya jika dirinya mengenakan rok, atau anak biologi tatkala ke laut, berbahaya jika mengenakan rok pastinya.

Versi 2019

Seorang pemimpin keluarga pastinya harus memiliki kapabilitas intelektual yang tinggi, terlebih di bidang agama karena menjadi kepala keluarga berarti siap menanggung nyawa lahir batin anggota keluarganya di hadapan Allah nanti. Sedangkan, pada perempuan sekarang ini penggunaan rok sudah menjadi tren pakaian. Jadi, mungkin ini sudah tidak begitu menunjukkan indikator yang kuat. Namun, Kamu tetap dapat menilainya dari track record ia mengenakkan rok, apa alasannya berpindah dari celana ke rok dan mengapa ia istiqamah. 




Versi 2017
 
Untuk kromosom XX :

Seorang imam sholat memiliki kriteria tertentu. Ketik ia ditunjuk oleh teman-teman secara sadar, itu berarti secara tak langsung ia diakui sebagai sosok terbaik pada momen sebelum sholat dimulai. Poinnya adalah “ia adalah terbaik”. Dengan landasan berpikir seperti ini tentu kita menginginkan pasangan hidup yang terbaik bukan? Apalagi dalam agama, Insyallah akan membersamai dan membimbing ke surga.
Untuk kromosom XY :

Kaus kaki berguna tuk menutup aurat, sebuah kewajiban yang sering luput. Saya sendiri pun baru menyadari ketika menanyakan langsung pada teman perihal dirinya yang selalu memakan kaus kaki padahal dalam kulilah tidak diwajibkan. Hal ini menunjukkan penuhnya kesadaran untuk menjaga diri dari hal yang dilarang. Yang boleh terlihat adalah wajah dan tangan, sehingga kaki itu sejatinya harus ditutup. Kaus kaki adalah perkara sederhana, mengerti akan hal-hal kecil seperti inilah yang memang haus dimiliki seorang ibu.

Versi 2019

Menjadi imam sholat tentunya menjadi momen validasi yang paling aman, dalam artian tidak dicurigai banyak orang. Karena menanyakan seberapa sering seseorang menjadi imam sholat adalah hal yang normal di kalangan laki-laki. Jika sang perempuan beruntung, ia dapat mengecek bacaan si laki-laki jika adanya kesempatan si laki-laki menjadi imam sholat yang bacaannya perlu dikeraskan. Sekadar informasi, menjadi imam sholat apalagi yang membutuhkan suara yang dikeraskan membutuhkan mental yang sangat kuat karena rasa grogi yang cukup luar biasa.

Beralih ke bagian perempuan. Kaus kaki adalah permasalahan yang menurut Saya sangat sepele namun menjadi salah satu indikator penentu yang signifikan apakah orang tersebut peduli dengan hal-hal kecil yang menjunjung kesempurnaan dalam menutup aurat. Bagi Saya pribadi, konsistensi dalam mengenakkan kaus kaki adalah perkara yang sangat layak dipertimbangkan.
 



Versi 2017
 
Untuk kromosom XX :

Menunjukkan bahwa ia bisa mengontrol kata-katanya, karena tiap orang yang marah memiliki kemungkinan akan melontarkan kata-kata yang menyakitkan. Bukankah dalam rumah tangga akan selalu ada pertengkaran?.
Untuk kromosom XY :

Khusus untuk ini tak begitu mengikat. Dalam sudut pandang saya pribadi, ini merujuk pada ketelitian dan kesempurnaan dalam memahami ayat. Tersurat jelas bahwa yang boleh nampak itu telapak tangan dan wajah. Karena punggung tangan dan pergelangan tangan memang menyatu, maka hal tersebut menjadi toleransi, namun bagaimana jika lengannya terbuka hingga bisa menggunakan dua jam tangan berdampingan?.

Tinjauanku merujuk pada ketelitian, mereka yang sadar bahwa itu bukan bagian telapak tangan seharusnya akan menjaga bagian itu. Ini penting, sikap ketelitian dan mencoba untuk sempurna adalah karakter yang sempurna untuk melengkapi karakter laki-laki yang cenderung ceroboh. Bukankah pasangan ada untuk saling melengkapi?.

Versi 2019

Sederhananya, penggunaan kata-kata yang lembut adalah bukti laki-laki berhasil melakukan manajemen emosi dengan baik. Seorang laki-laki bijak yang mengerti bahwa perempuan adalah sosok makhluk yang harus dimengerti dan penuh dengan kelembutan, tentunya akan meminimalkan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan. Hanya saja, hal yang penting adalah konsistensinya. Apakah laki-laki tersebut hanya tampil manis di depan perempuan? Atau menjadi iblis di depan laki-laki lainnya?.

Mungkin akan lebih mudah dipahami bagian perempuan seperti ini. Sering kita jumpai perempuan yang membiarkan lengannya cukup terbuka hingga terdapat jarak satu genggam tangan antar telapak tangan dengan lengan, padahal bagian itu seharusnya merupakan aurat jika kita merujuk pada ayat yang menyatakan bahwa hanya telapak tangan dan wajah saja yang boleh terlihat dari seorang perempuan. Perempuan yang menyadari hal ini tentunya akan berusaha menutup bagian tubuh yang satu ini, entah dengan menjaga lengan panjangnya tertutup dengan sempurna atau dengan handsock.
 



Versi 2017

Bagaimana cara ceknya?
Ya tanya saja, pas lamaran atau khitbah, atau pas proposal dateng, kalo kita, dari laki- laki kebetulan cirinya itu dapat terlihat langsung.
Mengutip kata-kata legendaris dengan sedikit revisi.
" Kalau nikah sekadar nikah, laki-laki dan perempuan yang non mahrom juga bisa menikah.
Kalau keluarga sekadar berkeluarga, semua yang sudah menikah juga sedang berkeluarga. "
Lalu, apa yang membedakan keluarga kita dengan keluarga lain?.
Bangunlah keluarga yang dengan hal tersebut bisa mengantar kita ke surga, caranya?
Mulailah pilih pasangan yang memiliki potensi mengantarkan tersebut.
“ Lah, nyari yang kayak gitu susah! “
Ya emang susah, makanya perbaiki diri, sehingga jika kelak dia di masa depan tak sesuai, Kamu bisa memperbaikinya dengan fondasi yang kuat. Karena Kamu sudah terlanjur menyadari hal ini, maka tidak ada alasan muk bingung atau galau lagi.
 
Secara umum itu saja yang Saya tuliskan pada tahun 2017. Gambar terakhir adalah kalimat penutup. Selanjutnya, Saya akan berusaha berbagi bagaimana aturan mainnya. Karena secara tidak langsung tulisan ini bisa dikategorikan sebagai tutorial bukan?.

Cara main

1. Validasi – Kamu harus lakukan validasi orang yang Kamu targetkan dengan indikator yang sudah Saya jabarkan. Cara mudah validasi adalah dengan menghubungi teman dekatnya atau dengan pemantauan sendiri.
 
2. Seri – Kelima indikator yang Saya berikan harus dilakukan secara keseluruhan, alias berjalan seri, tidak boleh ada yang tidak orang tersebut laksanakan. Jika hal ini dilanggar, Saya tidak menjamin bahwa tulisan ini benar. Lagi pula, hanya orang yang benar-benar kuat imannya yang dapat melakukan semuanya secara bersamaan dengan hati yang tulus tanpa paksaan pihak luar.
 
3. Verifikasi – Pada akhirnya Kamu sendiri yang harus bertanya kepada orang tersebut untuk memastikan apakah ia benar-benar memenuhi indikator tersebut. Yang perlu ditekankan adalah jawaban tersenyum tidak bermakna “ya”. Tenang saja, dalam perkara agama seperti ini hanya orang ektsrem yang berani berbohong mengakui kalau ia melakukannya padahal yang terjadi adalah sebaliknya.
 
4. Kerelaan – Poin paling penting justru terletak pada kerelaan dan keikhlasan orang tersebut. Semakin ia rela melakukannya karena semata-mata tunduk pada aturan Allah, bukan karena keterpaksaan mengikuti aturan manusia, maka ia makin menunjukkan karakter yang dipenuhi kebaikan murni.
 
Setelah mengetahui hal-hal semacam ini, Saya harap Kamu tidak menjalankan indikator ini sebagai penyamaran atau pun topeng belaka.
 
Tulisan ini Insyaallah akan mengalami banyak revisi, khususnya pada bagian gambar. Revisi selesai jika tulisan ini sudah tidak dijumpai lagi.

Salam,

Didik Setiawan


Sabtu, 23 Maret 2019
00.28

Posting Komentar

0 Komentar