Beberapa minggu sepertinya
Walau hanya sementara
Sungguh tak kentara
Mirip Safira, maksudku safir
Aku pun layaknya musafir
Kebahagiaan yang menjadi atmosfir
Tidak sampai membuatku kafir
Ini buka tentang agama
Tapi tentang kurma!
Yang harus bersama
Dalam nanungan sebuah nama
Kurma begitu manis
Gudeg hanya meringis,
Menangis
Ia kalah manis
Ia milik temanku
Aku harus mengaku
Melunak, hangat kuku
Menjadi buku, kaku
Sementara, sang permata
Ia milikku semata
Egois dalam kata
Kokoh seperti bata
Aku kembalikan kurma kepadamu
Semoga kau tak jemu
Wahai temanku dan temanmu
Iya, itulah Kamu
Kini permata dalam bendungan
Begitu banyak halangan dan rintangan
Banyak juga yang berkata jangan
Maaf, masa depan di tangan
Temanku, Aku tak mau merebut
Maaf ia sering Aku sebut
Sebanyak lahan gambut
Seberisik mesin bubut
Aku dedikasi kan tulisan ini kepada dua orang temanku, temanku yang laki-laki sebagai permintaan maaf karena seolah Aku merebutnya, temanku yang perempuan sebagai ucapan terima kasih atas waktu dan loyalitas yang sementara ini.
Didik Setiawan
Kamis, 22 Maret 2018
Kamis, 22 Maret 2018
0 Komentar