Iri dengan orang lain yang mendapatkan kebahagiaan hakiki
Aku kira, bukankah Aku juga berhak bahagia, wahai Pencipta?
Lalu mengapa sepertinya yang terasa adalah derita?
Aku pun berpikir, bisa saja Aku tidak bersyukur
Mau kebahagiaan yang pekat layaknya lumpur
Rasa bahagia itu sekejap melebur
Lenyap, bak butiran nasi tak terlihat dalam bubur
Lagi-lagi disadarkan, kebahagiaan itu berbeda
Berbeda tiap orang, dari bersujud syukur hingga membusung dada
Memaksa kebahagiaan adalah sebuah ciri,
Ciri bahwa tak mampu berdikari
Akhirnya, Aku punya pelipur
Entitas yang tak ternilai dan tak terukur
Tidak begitu acak, tidak juga teratur
Tapi cukup tuk membuat hidup ini tak terbentur
Didik Setiawan
Jumat, 16 Maret 2018
0 Komentar