Beberapa tahun belakangan ini
kehadiran pemuda – pemudi yang mengabdikan masa mudanya tuk berbagi pengetahuan
agama kian gencar di beragam daerah. Alasannya jelas, mereka yang bergerak
secara aktif menjadikan “dakwah” sebagai alasan utamanya. Sungguh mulia memang,
namun tetap saja jiwa muda yang mereka miliki terkadang menimbulkan sikap yang
tidak konsisten dengan apa yang mereka “dakwahkan”.
Banyak cara dakwah yang
diterapkan oleh pemuda – pemudi islami ini, namun sangat disayangkan masih
banyak teman-teman mereka yang justru lari, seakan tidak berani dengan temannya
yang sok berani atau malu dengan kondisi diri.
Sejatinya, dakwah digunakan untuk
menyadarkan dan mengembalikan orang ke jalan yang benar. Sayangnya, proses yang
harus dilakukan untuk mencapai semua itu bisa dikatakan sangat sulit lantaran
rasa nyaman yang telah dirasakan sekian lama saat menjalani hal yang salah.
Sebagai pendakwah, inilah ladang
yang tepat tuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya. Tanpa bermaksud
menggurui, para pendakwah sendiri dengan berani bertindak dan bergerak meskipun
harus berhadapan dengan orang yang lebih dewasa dan tua darinya.
Masalah muncul ketika para
pendakwah tidak begitu memahami objek dakwah tersebut. Mereka seakan
menyamaratakan objek sebagai orang-orang yang tidak mengerti akan apa yang
dilakukannya. Alhasil, “sok suci” adalah cap yang tidak jarang diberikan kepada
para pendakwah ini, terlebih para mahasiswa dan mahasiswi.
Lagi-lagi sebagai seorang yang
berumur lebih muda, para pendakwah ini dituntut harus lebih dewasa jika
diberikan perlakuan yang tidak mengenakan. Bukan tindakan fisik seperti yang
ada dalam berita di TV, tindakan psikis yang demikian represif dapat secara signifikan menghilangkan minat dan motivasi dakwah, di sinilah letak bahayanya.
Pemuda – pemudi yang peduli akan
agamanya sering dijauhi lantaran pemikirannya yang terlalu jauh melampaui
masyarakat yang menjadi sasaran dakwah, diperlukan sebuah tinjauan sosial
sebelum suatu metode dakwah diterapkan pada suatu lingkup sosial.
Perlakuan dakwah pada kampus
tentunya sangat berbeda dengan lingkungan perkantoran. Bahkan, perkantoran
dengan latar belakang seni bisa memiliki metode yang berbeda dalam berdakwah
jika dibandingkan dengan industri peleburan baja.
Begitu banyak target yang harus
dicapai dalam berdakwah, namun dengan mengingat tujuan akhir yakni
mengembalikan orang ke jalan yang benar tentunya membuat para pendakwah
berpikir lebih dalam bagian mana saja yang perlu segera diperbaiki. Tidak perlu
semuanya harus menjadi lebih baik karena mengubah semua orang menjadi benar
secara sempurna akan menghabiskan waktu seumur hidup.
Sleman, 2 Februari 2018
Didik Setiawan
0 Komentar