Tulisan ini tidak bermaksud menganggap rendah sejarah dan siapa pun yang berkecimpung di dalamnya. Saya hanya menyampaikan opini melawan arus sebagai buah pikiran yang tumbuh dari ketiadaan urgensi isu yang beredar.
Pembuka
Tulisan ini pro pemerintah. Bukan karena Saya bagian dari mereka, melainkan setelah Saya pikir-pikir, ketidaksetujuan yang ajukan oleh masyarakat tidak mengandung kepentingan. Ingat ya, ini bukan Saya rasa, tapi Saya pikir. Masyarakat punya dasar yang kuat mengenai ketidaksetujuannya, tapi seperti yang Saya sebutkan tadi, tak ada kepentingan masyarakat mengapa tidak boleh ada penulisan ulang sejarah. Saya tahu akan ada banyak revisi dan hal yang ditutupi pada sejarah kita, khususnya bagian yang kelam.
Menutupi Sejarah sebagai Bagian dari Kepentingan Pemerintah
Saya ditipu oleh sejarah saat sekolah yang mengatakan bahwa Indonesia dijajah 350 tahun oleh Belanda. Faktanya, itu adalah doktrin Sukarno agar masyarakat bergelora merebut kemerdekaan. Belanda datang dimulai dengan berdagang, tidak langsung menjajah, tapi mengapa pemerintah membiarkan doktrin ini di sekolah-sekolah?. Alasannya sederhana, supaya kita benci penjajah, merasa ditindas, dan bangga akan perjuangan bangsa.
Saya baca bahwa kerja paksa dalam masa penjajahan adalah suatu kekejian yang dilakukan para penjajah. Alangkah terkejutnya Saya saat mengetahui bahwa penjajah sudah membayar upah, namun uangnya di korupsi. Oke pembayaran memang terlalu murah, tapi mengapa hal ini tidak dituliskan dalam sejarah? tentu karena kepentingan buku sejarah di sekolah adalah menanamkan rasa tidak suka pada penjajah. Karena penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan, kan?.
Timur Leste diperjuangkan oleh TNI agar tidak lepas dari Indonesia, begitu yang diceritakan di buku sejarah sekolah. Betapa terkejutnya Saya ketika mengetahui fakta bahwa di berbagai artikel luar negeri kejadian di masa lampau tertulis sebagai invasi Indonesia ke Timor Leste. Parahnya lagi, Tragedi Santa Cruz Saya ketahui tidak dari pelajaran sejarah di sekolah, tetapi artikel luar negeri. Mengapa pemerintah menutup hal ini?. Sederhana juga alasannya, karena ada hal besar di sana yang tidak bisa dijelaskan karena mengandung rahasia negara dan penting menjaga citra TNI sebagai pelindung bangsa. Jangan sampai anak sekolah benci dengan sang pelindung negara kan?.
Isunya, kasus pemerkosaan tahun 1998 pun akan ditutupi dan mungkin hal lain yang buruk dan tidak bisa dijelaskan akan ditutupi dan direvisi. Alasannya? tentu saja ada citra yang harus dijaga dan menanamkan bahwa pemerintahan kita tidak seburuk itu.
Lantas, dengan semua hal tersebut, mengapa Saya justru pro pemerintah?
Begini, tujuan pemerintah melakukan 'penipuan' sejarah ke masyarakat apa? nih saya kasih tahu:
1. Menjaga nama baik bangsa kepada masyarakat sendiri
2. Menghilangkan rasa ragu terhadap tentara
3. Menumbuhkan rasa cinta terhadap negara / nasionalisme
4. Memberitahu bahwa negara kita adalah negara yang hebat ke masyarakat
Pertanyaannya, tujuan masyarakat menolak apa? Oh, katanya semua itu harus ditulis walaupun pahit. Oke, terus kalo udah ditulis kenapa? supaya masyarakat tahu kita bangsa yang plin plan? supaya kita percaya bahwa pemerintah adalah pihak yang kejam? supaya kita meragukan kredibilitas tentara kita?.
Oke, kita semua tulis nih semua keburukan sejarah pada bangsa ini, terus apa? kita akan belajar dari kesalahan mereka? seberapa bisa dan seberapa banyak sih anak sekolah yang mampu mencerna hal kompleks seperti itu? seberapa tangguh sih guru sejarah se-Indonesia yang bisa menjelaskan kepada murid persoalan kebaikan dan keburukan pemerintah secara imbang?. Ingat ya, penulisan sejarah ini sangat berimbas ke pelajaran di sekolah, bukan ke anak kuliah, apalagi orang yang sudah kerja. Beda urusan kalau memang ada di bidang yang bersinggungan dengan sejarah.
Mempertanyakan Delusi Distopia Masyarakat
Kita semua yang khawatir akan dampak buruk dari penulisan ulang sejarah, tidak lain hanyalah segelintir minoritas yang terjebak dalam delusi distopia. Kita takut generasi selanjutnya diberikan kepalsuan sejak dini. Pertanyaannya, apa dampak jika masyarakat diberikan kepalsuan sejarah? Masyarakat aja memandang rendah sejarah loh, nggak percaya? coba jawab pertanyaan ini:
1. Seberapa besar kita menghargai mahasiswa/i atau pegiat sejarah?
Alias, seberapa banyak orang yang memandang remeh jurusan sejarah? coba pamerin jurusan ini ke masyarakat, apa mereka terkesan? Oke ganti, seberapa butuh dunia kerja terhadap keilmuan sejarah? seberapa gampang lulusan sejarah dapetin harta dan kekayaan bermodal ilmu sejarah?.
2. Seberapa banyak anak sekolah yang peduli dengan pelajaran sejarah?
Sekarang Saya tanya, apakah kamu ingat bagaimana 10 perang di Indonesia pra dan pasca kemerdekaan bisa terpicu? apakah setelah lulus sekolah dan tidak belajar sejarah banyak orang yang dengan kesadaran penuh mengulik sejarah kembali?.
3. Seberapa banyak orang yang pergi ke museum untuk membaca dan memahami?
Saya tanya, orang-orang ke museum untuk apa? untuk pamer kan? bandingkan jumlah kunjungan museum dengan objek wisata lain. Saya tanya padamu, tahun lalu kamu belajar apa dari museum?.
4. Seberapa banyak tindak lanjut dari kunjungan ke museum yang substansial?
Museum adalah rumah sejarah, salah satu tempat terbaik untuk mempelajari masa lalu. Keluarannya adalah pemahaman dan pengetahuan. Cek media sosial kalian, ketika teman berkunjung ke museum apa output-nya? Video dan foto Entertainment yang estetik. Kita tidak peduli dengan ilmu, kita peduli dengan keindahan dan hiburan. Ilmu dimiliki sendiri secara egois dalam pikiran dan luruh dengan sendirinya.
5. Jika hal buruk tidak difilter pada buku sejarah. Siapa yang akan bertanggung jawab jika masyarakat membenci negara dan tentara sejak kecil, sejak zaman sekolah?.
Mereka yang bijaksana adalah orang dewasa yang bisa menyaring dan menguji kebenaran. Lantas, bagaimana dengan anak sekolah? kalian ingin semua ini ditanggung jawabkan kepada guru sejarah kan? skill ini tidak mudah loh. Kita tahu gaji guru tidak mengagumkan dan kita ingin mereka menjelaskan kepada anak sekolah persoalan sejarah yang kompleks? Pemerintah loh, sudah memfasilitasi materi yang terfilter untuk memudahkan proses mengajar.
Urgensi
Sekali lagi saya tanya. Oke kita tulis semua keburukan, kejelekan, dan kebobrokan pemerintah dan tentara apa adanya karena sejarah harus ditulis semua. Lalu gunanya bagi masyarakat apa?
- Apakah masyarakat akan hidup lebih bahagia?
- Apakah masyarakat akan hidup lebih kaya?
- Apakah masyarakat akan lebih pintar?
- Apakah masyarakat akan makin peduli dengan bangsa?
- Apakah masyarakat akan menghargai mahasiswa/i, lulusan, dan pegiat sejarah?
Saya terus memikirkan jawaban dan hasilnya selalu nihil. Protes tersebut hanyalah isu ikut-ikutan yang disajikan para segelintir akademisi yang memiliki keinginan ideal tapi buta mengenai urgensi:
Gunanya nulis lengkap sejarah apa bagi masyarakat?
Mungkin ada yang mikir, kenapa enggak dibalik? apa urgensi nulis nggak lengkap bagi masyarakat? Saya jawab nggak ada juga. Tapi, pemerintah punya urgensi, pemerintah punya kebutuhan dan tujuan mengapa hal buruk harus ditutupi. Tujuannya udah saya jelaskan dan akan saya ulangi lagi:
Menanamkan nasionalisme
Lantas, apa urgensi para idealis meminta sejarah ditulis lengkap? jawabannya hanya satu:
Sejarah harus ditulis ala kadarnya dan apa adanya
Kemudian akan kembali lagi nih, terus kalo udah ditulis lengkap kenapa? dan bagaimana dengan dampak buruknya?. Kembali lagi ke penjelasan di atas.
Pemerintah sudah jelas banget punya tujuan akhir menanamkan nasionalisme. Kemudian, kita semua bisa mengakses dan menguji validitas sejarah dari sumber luar negeri -itu pun kalau ada yang peduli dengan validitas sejarah. Lalu pertanyaannya, apakah semua masyarakat peduli dengan validitas ini? setahu Saya, masyarakat hanya peduli dengan sesuatu yang menghasilkan harta dan takhta saja.
Penutup
Saya dan anak sekolah lainnya benci penjajah karena diceritakan mereka adalah kaum jahat.
Saya dan anak sekolah lainnya mengagumi tentara karena diceritakan mereka adalah penjaga negara.
Saya dan anak sekolah lainnya ditipu oleh penulisan sejarah di buku sekolah.
Setelah tahu fakta bahwa kita ditipu saat sekolah oleh buku sejarah dan mengetahui beragam hal buruk yang dilakukan oleh pemerintah dan tentara setelah dewasa, apa itu berimbas pada kehidupan? Tidak juga. Karena di usia dewasa justru makin tidak peduli dengan sejarah karena kebutuhan finansial jauh lebih penting dari pada kebutuhan validitas sejarah.
Lantas, siapa yang butuh validitas sejarah? segelintir kaum intelektual idealis yang di masyarakat juga tidak dihargai karena bidang mereka adalah sejarah.
Didik Setiawan
Bekasi, 9 Julli 2025
09.42
0 Komentar