Indonesia 2045 Cekokan Idealis Mahasiswa


Saya masih mengingat betul bagaimana organisasi kampus berusaha untuk membentuk calon anggotanya sebagai pemimpin bangsa di masa depan, 2045, menuju Indonesia Emas katanya. Mengoptimalkan bonus demografi kalau ingatan Saya tidak salah. 

Sekarang, ke mana mereka? sudah punya anak dan disibukkan dengan rumah tangga? disibukkan dengan pekerjaan? Disibukkan sebagai pencari uang demi self love dengan alibi generasi sandwich. 

Mereka yang dulu aktif menebarkan kebaikan kini sirna tenggelam oleh realitas kehidupan. Cih, cuma idealis kaleng-kaleng ala mahasiswa. Sebenarnya ada satu yang paling parah, yakni mereka yang aktif di organisasi dan rajin berdakwah, yang sangat pemalu, tertutup, dan menjaga. Kini kondisinya?. 

Berubah. 

Kata orang-orang, mereka ini imannya turun dan jauh dari penjagaan, masalah muraqabah gitu. Kalau menurut Saya sih "akhirnya mereka paham manisnya dunia". Tentu saja, karena selama ini mereka menghindari manisnya dunia dengan berpegang di jalan dakwah. Sekarang? mereka menikmatinya ketika mengetahui manisnya dunia. 

Kembali ke idealisme mahasiswa tadi. 

Saya sebenarnya tak masalah selama sekali dengan idealisme yang pudar tadi. Saya juga pernah sih membuat tulisan mengenai idealisme yang pudar dengan konsep yang sama. Saya tidak peduli sama sekali dengan perubahan yang ada. Kepedulian Saya sekadar menjadi bahan untuk menyindir dan menggunjing mereka dalam tulisan ini. Saya sama sekali tidak berharap mereka sadar dan kembali ke jalan yang benar. Justru, Saya berharap mereka abai dengan perubahan yang terjadi karena itu menguatkan teori Saya, teori yang membuktikan bahwa ‘kalau sudah tahu manisnya dan pahitnya dunia, manusia akan seperti itu’. Tak peduli terkait idealisme mahasiswa mau pun dakwah. 

Sejak awal, saat muda, idealisme mahasiswa dan idealisme dakwah terus diagungkan. Mereka juga yang mengatakan bahwa hal seperti ini butuh konsistensi kuat karena tidak semua orang bisa bertahan dan lucunya mereka juga yang tidak bisa konsisten hingga tumbang. Mereka memberikan contoh dan mereka menjadi contoh. Ironi yang manis. 

Sejak awal Saya menilai konsep idealis sebagai konsep yang sangat tidak realistis. Mereka ini seakan buta total mengenai kehidupan bermasyarakat. Padahal, mereka mengaku sebagai pihak yang paling dekat ke masyarakat. Saya paham, nyatanya masyarakat yang dekat dengan mereka adalah golongan tertentu saja yang butuh mereka bela. Butuh di sini adalah tanpa eksistensi masyarakat tersebut, mahasiswa ini tidak bisa bergerak. Mereka lupa bahwa masyarakat tersebut adalah sejumput himpunan masyarakat dari masyarakat heterogen yang ada. Mereka sangat fokus dan menyenangi gap masyarakat namun tidak melihat diversifikasi masyarakat. 

Tidak salah karena Saya tidak peduli haha. 

Jadi bagaimana solusinya? ya tidak ada. Ini bukanlah tulisan problem solving sepeti biasanya. Ini sekadar sindiran bagi mereka yang lucu dalam beridealisme, idealisme dengan kaca mata kuda. 

 

Didik Setiawan 

 

Karawang, 22 Agustus 2022 

09.57

Posting Komentar

0 Komentar