Refrehing


Saya selalu mengasumsikan mereka yang sedang healing mungkin sedang mengalami sakit jiwa (jiwanya sedang sakit), sakit batin (batinnya sedang sakit), atau sakit fisik (sakit pada umumnya). Saya cukup memahami kerapuhan seseorang atau kehidupan orang lain yang begitu keras sehingga mereka sakit (jiwa / batin / fisik) dan membutuhkan proses penyembuhan.

Alhamdulillah, beruntungnya, kerasnya kehidupan yang ditakdirkan jarang membuat Saya sakit. Ia hanya membuat pikiran pening, penat, pusing, dan galau. Sebuah hal normal yang masih di bawah rasa nyeri. Ia sekadar mengakibatkan saturasi pikiran atau tubuh yang dapat diselesaikan dengan penyegaran singkat dengan berlibur atau berwisata saja. Cukup dengan penyegaran, refreshing, Saya bisa kembali ke kondisi normal dari penatnya kehidupan.

Sejujurnya, Saya bingung kenapa belakangan ini jarang menemukan orang yang sekadar refreshing. Saya lebih sering menemukan mereka yang healing. Mungkin saja cobaan hidup mereka sedemikian hebatnya hingga sakit segera melanda, entah sakit jiwa atau sakit batin itu tadi. Begitu pikir Saya.

Saya pribadi beranggapan bahwa spiritual Saya sedang sakit jika ‘refreshing’ dan ‘self reward’ masih belum mujarab menghilangkan peningnya pikiran. Kalau sudah demikian, tentu saja yang harus dilakukan adalah healing secara spiritual; berdoa dan beribadah dengan sungguh-sungguh meminta kesembuhan kepada Yang Maha Mengobati.

Algoritma penyelesaian kerancuan pikiran dan/atau hati biasanya Saya lakukan dengan dua cara tersebut. Pada diri Saya, solusi tersebut bisa dipastikan jitu. Makanya, Saya masih tak habis pikir mengapa belakangan banyak orang yang rajin healing? mengapa mereka sedemikian mudahnya terluka? tersakiti?.

Ah iya, setiap orang kan berbeda, apalah rasa penasaran bodoh saya.


Didik Setiawan


Jumat, 11 Maret 2021
09.02

Posting Komentar

0 Komentar