Pengkhianatan Hasil

 
 
Senyumnya sirna dalam sesaat
Sinar matanya meluruh
Pandangan cerahnya seakan langsung meredup
Padahal,
Baru saja suatu hal -yang kata orang-orang sih- besar terlewati
Sesuatu yang didambakan, ditunggu
Nampaknya
Membawa sedikit pilu dan luka
Akan sebuah rasa kecewa
Sebuah pengkhianatan usaha

Maka,
Terimalah sebuah persembahan cerita
Mengenai esensi kehidupan penuh makna
Yang Aku jamin tidak membuatmu bahagia
Namun,
Aku harap dapat sedikit menumpas lara

*sfx opening theme*

Pada tahun 2017, entah 2016, Saya mendapatkan sebuah cerita, sebuah cerita kekecewaan, kekesalan, kesedihan yang baru saja dialami. Dirinya berujar bahwa sudah mengerahkan segala daya dan upaya, namun hasilnya tak sesuai harapan.

Pada akhirnya, ia mengerti bahwa tidak selamanya hasil sesuai dengan usaha.

Ya kawan, suatu saat nanti Kamu mungkin akan merasakan bagaimana pedihnya dikhianati oleh kepercayaan yang Kau yakini sekian lama:

"Hasil tidak mengkhianati usaha"

Beruntungnya, ia adalah seorang yang cukup agamis, menurut standarku. Ia memilih pasrah dan menyerah, meredam segala amarah, dan memaafkannya atas nama takdir.

Entahlah, kadang Aku masih terus berpikir, apa tindakanku saat itu adalah pilihan yang tepat atau tidak. Saat itu, Aku tidak memberikannya semangat, hanya menyampaikan bahwa memang tidak segala hal akan berjalan sesuai yang diharapkan, terlalu banyak faktor yang memengaruhi hasil kerja keras, dan pengkhianatan usaha adalah sesuaatu yang lumrah dalam kehidupam.

Kalem saja, ujarku, semua akan kembali normal, semua akan terlupakan sebagaimana kejadian hidup yang sudah-sudah. Jika Kamu mengingatku, Aku harap Kamu mengerti bahwa Aku bukanlah penipu yang mengatasnamakan motivasi nan ilusi, Aku hanyalahh seorang yang idealis nan realistis.

Kau tau, semua itu berawal sejak kelas XI SMA, ketika dengan jelas Aku merasakan perihnya pengkhianatan.

Pengkhianatan nilai tentunya, temanku yang di atas pun galau masalah nilai. Selama masa peralihan menuju masa dewasa yang sungguh-sungguh, Aku rasa kesedihan akibat nilai adalah suatu hal yang wajib dirasakan, sebagai pengantar rasa pedih pengkhiatan yang pasti akan kita rasakan di masa depan.

Iyap, mengambil sikap dewasa dari kasus akademik di sekolah.

Hasil tak mengkhianati usaha, entah siapa yang menciptakan motivasi nggak logis semacam itu. Bagus sih, hanya saja palsu.

Kesadaran itu bermula ketika Aku memahami mesin Carnot di kelas 11, ternyata pengkhianatan yang Aku rasakan adalah sebuah konsep efisiensi. Ya, efisiensi. Efisiensi yang mengatakan bahwa mesin paling sempurna pun tak akan pernah mencapai hasil 100% padahal itu mesin teoritis.

Konsep efisiensi memandang rasio output dan input, apa yang Kamu berikan bisa dipastikan tidak akan sama dengan yang Kamu dapatkan. Di sanalah permasalahannya, kita terlalu ujub dengan diri yang menganggap pemahaman akan dunia selama ini sudah benar. Padahal, kita melupakan banyak hal.

Secara matematis, kita dapat menerka output dengan memberikan input jika efisiensi sudah diiketahui. Apa perlu Aku tegaskan lagi bahwa efisiensi tidak akan pernah mencapai 100%?.

Ada dua ungkapan usaha yang populer, usaha sebagai kerja alias 'work'. Dalam fisika, ada dua pendekatan 'work' yang legendaris, (w)ork sama dengan (f)orce dot di(s)tance atau (w)ork sama dengan integral (p)ressure derivative (v)olume. Kerennya, keduanya berlaku secara simultan. Bagaimana mungkin?.

W = F.s menyatakan dengan jelas bahwa tak peduli berapa besar upayamu, jika tak ada kemajuan maka Kamu bisa dikatakan tidak berusaha. Sederhana, namun sangat menjengkelkan bukan?.

W=(integral)PdV memberikan ungkapan yang berfokus pada perubahan volume. Perubahan volume akibat usaha yang diberikan. Sedangkan pressure yang berbanding lurus menunjukkan semakin dirimu tertekan, semakin besar pula hasil yang didapatkan, seharusnya sih begitu.

Masalahnya adalah implementasi dari persamaan ini memerlukan konteks yang tepat agar tak mengalami pelecehan hukum fisika. Sebagai orang yang peduli dengan hukum alam tentu merasakan rasa risih tersendiri ketika hukum-hukum tersebut digunakan dalam cocoklogi yang parsial. Ingat P=F/A? itu loh, tekanan hidup berbanding lurus dengan gaya hidup. Lalu mereka dengan gembira melupakan A. Mau dilenyapkan ke mana si A?. A = Area, area pergaulaan? area menyebarkan gaya hidup? atau area tempat berbagi?. Jika mereka memberikan konteks yang jelas, misalnya, tekanan hidup berbanding lurus dengan gaya hidup dan berbanding terbalik dengan area berbagi, nah ini baru setuju. Jadi, mari kita sempurnakan konsep usaha yang kita bahas di atas.

W=F.s secara nyata berlaku di dunia manusia, dunia yang kita jalani hingga detik ini, hingga Kamu membaca tulisan ini, entah apa motivasimu. Manusia, tidak akan pernah mau memedulikan seberapa besar usahamu, mereka hanya peduli dengan hasil. Tak ada yang peduli dengan jam belajar mandirimu, yang dipedulikan adalah apakah Kamu dapat mengerjakan soal dengan benar?. Tak ada yang peduli dengan prosesmu dalam menyelesaikan perkejaan, yang dipedulikan adalah apakah perkerjaanmu terselesaikan dengan baik atau tidak?.

Iya kawan, itulah cara dunia bekerja. Hanya sebagian kecil yang peduli dengan F yang kamu perjuangkan, yakni dirimu, keluarga sedarahmu, dan partner hidupmu. Kalau mau realistis belajarlah dari fakta semacam ini. Fakta sepele yang sering dilupakan. Makanya, sayangimu, garnier, eh, sayangi ususmu, minum yakult tiap hari. Makanya, dalam suatu tulisan temanku pernah berujar, ia menyatakan bahwa yang terpenting dari sebuah proses adalah kenyamanan diri dalam melalui proses itu sendiri, karena hanya kita yang tau betapa beratnya proses memperjuangkan F, Force, demi terwujudnya W, Work.

Selanjutnya,

W=(integral)PdV merupakan konsep yang lebih abstrak. Biar bagaimana pun, tekanan batin yang dialami tiap orang hanya diketahui secara tepat oleh orang itu sendiri. Jadi, ini adalah sebuah hubungan antara manusia dengan non-manusia, alias manusia dengan Tuhannya. Percayalah, hanya Tuhan yang mengerti bagaimana proses yang telah dilalui hingga manusia lain memutuskan apakah kita 'berusaha' atau 'tidak berusaha' dengan standar W=F.s tadi. Beda urusan jika Kamu tak mempercayai atau meragukan eksistensi Tuhan. Bagian ini menjadi tidak berlaku.

Derivative Volume memberikan secercah harapan yang nyata. Sebuah harapan bahwa sekecil apa pun perubahan volume yang terjadi, bisa dipastikan bahwa kita selalu mendapatkan apresiasi meskipun bernilai negatif. Karena di setiap proses bisa dipastikan volume kita akan bertambah. Bahkan kegagalan yang kita anggapp sebagai suatu hal yang bernilai 'nol' sejatinya adalah penambahan volume pengetahuan, pengetahuan bahwa "cara itu tidak bekerja padaku".

Dalam dunia proses, keberadaan urutan, algortima, prioritas, atau apa pun itu menjadi kunci penting dalam mendulang W. Filtrasi dan kondensasi tentunya memberikan hasil yang berbeda jika urutan prosesnya tertukar, telur yang diberi garam sebelum digoreng tentu sangat berbeda dengan pemberian garam setelah digoreng. Mudahnya seperti itu.

Verifikasi proses merupakan langkah penting sebelum kita menghakimi apakah pengkhianatan hasil merupakan imbas dari konsep efisiensi atau memang proses yang Kita lakukan salah secara sekuensial. Pengetahuan yang luas tak boleh menjadikan kita lupa akan hal mendasar tentunya.

Lagipula, semesta pun tak serta merta memberikan restu pada 'Work' jika Kita terlalu bodoh sehingga tidak bisa membedakan mana proses yang pasti gagal dan mana proses serupa yang menyeret pada kegagalan selanjutnya. Itu namanya tidak belajar dari kesalahan diri dan kesalahan orang lain.

Itu saja sih, pengkhianatan hasil adalah hal yang lumrah, sangat biasa, dan tidak ada yang spesial dengan itu. Belajarlah menerima kekalahan ego agar dirimu makin lihai dalam merancang strategi lengkap dengan pengaruh efisiensi yang kadang memang sangat menyebalkan.

Kalau ternyata hasilmu mengkkhianati usahamu, tenang saja, semua mungkin tak akan baik-baik saja karena hatimu hancur lebur dan impianmu jatuh tersungkur lengkap dengan semangat hidup yang tak lagi akur.

Namun, percayalah -mengutip perkataan legendaris yang lagi-lagi Saya lupa sumbernya, dengan modifikasi:-

"selama perjuanganmu tidak membunuhmu, maka yang kau dapatkan hanyalah diri yang terupgrade dari sisi kapasitas dan kapabilitas"

Saya Didik Setiawan undur diri dan sampai berjumpa di tulisan facebook lainnya

Salam, DS

*sfx closing theme*

Sleman, 5 Juli 2019
22.33

Posting Komentar

0 Komentar