Gadis sastra Arab tersebut terlihat nampak begitu dingin, menatap jendela dengan tatapan kosong. Tepat di depannya seorang pemuda terus-menerus borkomat-kamit dengan suara yang sayup, bukan mantera, melainkan dzikir. Satu pemuda lainnya terlihat tergeletak bersandar tak bergerak beberapa jam terakhir. Aku tak tau apa yang terjadi, yang Aku tau bertanya mengenai apa yang sedang terjadi bukanlah tindakan yang tepat.
Sekitar jam 2 lebih kami akhirnya sampai di daerah atas. Benar saja, pemuda teknik fisika mengatakan bahwa dirinya melihat suatu penampakan saat mengemudikan mobil. Sedangkan mas ilmu politik tertidur dengan pulasnya dari tadi. Seketika rasanya ingin tertawa lantaran hanya Aku sendiri yang baru menyadari bahwa baru saja melewati momen yang agak mengerikan dengan begitu polosnya. Tertawa pada saat itu adalah ekspresi yang salah, percayalah.
---
Ya seru sih, akhirnya sedikit mengerti bagaimana rasanya KKN di Pulau Jawa walaupun berbahasa sunda. Merasakan serunya diteriakin anak SD saat kembali ke sekolah, dijamu oleh warga tiap berkunjung ke rumah mereka, dan banyak hal lainnya yang tidak Aku rasakan saat KKN.
Pulangnya pun tak kalah berkesan, walau hanya di mobil berjam-jam, senang saat lalu lintas lancar, sebal saat jalanan begitu hancur melebihi jalur off road di Pogung, dan ketakutan tatkala menempuh jalur "angker" sendirian, hal-hal yang dirasakan bersama tersebut cukup untuk mengukir satu lagi kenangan terbaik di 2018.
---
"Wah sampe repot-repot gitu, makasih loh" ucapku mengikuti template umum pembicaraan ketika diberikan sesuatu oleh orang lain. Namun rasanya belum lengkap jika Aku tidak memberikan pernyataan penutup yang sekaligus mengakhiri momen berkesan saat itu.
"Lah cuma segini doang ***?" ucapku singkat ketika pemuda itu memberikan sekantung plastik oleh-oleh.
"Asem lah sih Didik" celetuk seorang gadis di kursi belakang.
Wkwk XD
Didik Setiawan
0 Komentar