Saat ini Saya hampir berada di ujung masa perkuliahan, terdapat begitu banyak perbedaan yang terjadi jika dibandingkan dengan yang terjadi dua semester lalu, apa pun yang dibandingkan.
Sejak semester 5 lalu, materi perkuliahan telah mengalami perubahan konsep dan metode pembelajaran yang signifikan, sejak saat itu, materi yang diajarkan cenderung bukan materi spesifik, melainkan materi yang ruang lingkupnya lebih luas, tak berarti selalu kompleks loh.
Teringat dalam suatu proyek elektromagnetika semester 4 lalu, dalam suatu obrolan teman Saya sempat berceletuk
Pertanyaan semacam itu adalah pertanyaan yang umum dijumpai di khalayak teknik fisika, entah mengapa Saya justru merasakan hal yang sebaliknya, semakin ke sini teknik fisikanya justru semakin terasa.
Dalam beberapa perkuliahan akhir-akhir ini, Saya makin sering menjumpai sikap yang mengaktualisasikan pemikiran semacam itu, entah mereka bercanda atau tidak, sikap "pembelajar" yang dahulu mereka miliki kini telah berubah, berubah menjadi sikap yang tidak begitu baik lagi.
Mereka tetap pintar, cerdas, dan daya pikirnya pun masih sangat tajam, mengingat track record pendidikan mereka tidak bisa diabaikan begitu saja, ini hanya terkait perubahan sikap seorang pembelajar kok.
Seperti yang Saya katakan sebelumnya, memang terjadi perubahan konsep dalam belajar, tapi bukan sesuatu yang radikal. Jadi, mungkin saja perubahan tersebut saling berkaitan, ini hipotesis yang Saya ajukan.
Yang Saya rasakan mungkin bertentangan dengan yang dirasakan oleh teman-teman Saya, tapi entah mengapa Saya jadi makin mengerti beragam nilai tersirat yang disampaikan oleh para dosen, mereka bukan hanya bekerja sebagai pengajar, melainkan juga sebagai pendidik, seorang pendidik sejati, begitu pendapatku.
Sekarang, materi yang dibawakan oleh dosen adalah materi luas yang dapat dipahami dengan beragam sudut pandang yang luas, tentunya masih tetap mengacu pada hukum fisika dasar dan panduan ilmu keteknikan, atau bahasa mudahnya, materinya tidak terlalu spesifik dan cenderung konseptual.
Saya memahami bahwa materi komprehensif mulai dipaksa tanamkan kepada kami. Apa ini bagus? bagi Saya, ini bahkan melebihi ekpektasi, serius.
Kami dipaksa untuk memahami beragam fenomena fisika yang awalnya benar-benar terlihat tidak berhubungan, kemudian saling menghubungkannya dengan hal yang bahkan kami kira tidak akan mungkin terjadi. Hal itu dilakukan demi terselesaikannya suatu permasalahan keteknikan. Bagi Saya ini adalah sebuah upaya pembangunan pondasi jiwa seorang insinyur, entahlah, mungkin hanya Saya yang merasa demikian.
Hal sebaliknya mungkin terjadi pada teman-teman Saya, terlihat dari reaksi teman-teman yang dengan sikapnya mereka tidak menyukai apa yang sedang dikerjakannya atau pun respon saat kegiatan belajar mengajar di kelas.
Momen seperti ini pernah Saya alami sebelumnya, ketika masa-masa persiapan SBMPTN. Soal SBMPTN adalah soal yang memaksa siswa untuk berpikir seperti ini, mengaitkan hal yang sepertinya tidak berhubungan demi terselesaikannya suatu permasalahan. Contohnya, soal persamaan kuadrat yang menceritakan tentang deret geometri. Nah, sekarang bayangkan jika fenomena fisika yang menjadi bahannya.
Akhirnya, Saya pun mengerti mengapa tinjauan permasalahan yang disajikan dibuat atau mungkin sengaja dirancang agar dapat diterjemahkan dengan sudut pandang yang lebar. Hal-hal seperti inilah yang menuntut kami untuk berpikir lebih kreatif dan luas. Kreatif dengan kombinasi hukum fisika yang awalnya tidak berhubungan, luas hingga skala sistem sehingga solusi yang didapatkan pun tidak tunggal, tidak seperti soal matematika atau fisika biasa.
Tinjauan luas mencakup skala sistem berfungsi sebagai pijakan dasar dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini. Saya sendiri lebih menyenangi dengan mengingatnya sebagai "ini loh realitanya, nggak sesempit materi kuliah, terlalu banyak variabel yang membangun, dan terlalu banyak juga faktor X yang tidak dapat dijangkau meskipun sudah ditanggulangi".
Sistem yang Saya maksud memang merujuk pada sistem keteknikan, akan tetapi, lagi-lagi sering halnya dosen memberikan pesan tersirat yang Saya pahami sebagai
Menurut Saya pribadi, kehidupan perkuliahan, khususnya akademik justru semakin menarik akhir-akhir ini, tapi mengapa sepertinya teman-teman Saya merasakan hal yang bahkan sampai bertolak belakang. Apa ini karena Saya memilih teknik fisika hanya karena "mengikuti kata hati?".
Didik Setiawan
Sejak semester 5 lalu, materi perkuliahan telah mengalami perubahan konsep dan metode pembelajaran yang signifikan, sejak saat itu, materi yang diajarkan cenderung bukan materi spesifik, melainkan materi yang ruang lingkupnya lebih luas, tak berarti selalu kompleks loh.
Teringat dalam suatu proyek elektromagnetika semester 4 lalu, dalam suatu obrolan teman Saya sempat berceletuk
"Aku masih bingung sama teknik fisika ini, semuanya dipelajari, maunya ke arah mana sih?".
Pertanyaan semacam itu adalah pertanyaan yang umum dijumpai di khalayak teknik fisika, entah mengapa Saya justru merasakan hal yang sebaliknya, semakin ke sini teknik fisikanya justru semakin terasa.
Dalam beberapa perkuliahan akhir-akhir ini, Saya makin sering menjumpai sikap yang mengaktualisasikan pemikiran semacam itu, entah mereka bercanda atau tidak, sikap "pembelajar" yang dahulu mereka miliki kini telah berubah, berubah menjadi sikap yang tidak begitu baik lagi.
Mereka tetap pintar, cerdas, dan daya pikirnya pun masih sangat tajam, mengingat track record pendidikan mereka tidak bisa diabaikan begitu saja, ini hanya terkait perubahan sikap seorang pembelajar kok.
Seperti yang Saya katakan sebelumnya, memang terjadi perubahan konsep dalam belajar, tapi bukan sesuatu yang radikal. Jadi, mungkin saja perubahan tersebut saling berkaitan, ini hipotesis yang Saya ajukan.
Yang Saya rasakan mungkin bertentangan dengan yang dirasakan oleh teman-teman Saya, tapi entah mengapa Saya jadi makin mengerti beragam nilai tersirat yang disampaikan oleh para dosen, mereka bukan hanya bekerja sebagai pengajar, melainkan juga sebagai pendidik, seorang pendidik sejati, begitu pendapatku.
Sekarang, materi yang dibawakan oleh dosen adalah materi luas yang dapat dipahami dengan beragam sudut pandang yang luas, tentunya masih tetap mengacu pada hukum fisika dasar dan panduan ilmu keteknikan, atau bahasa mudahnya, materinya tidak terlalu spesifik dan cenderung konseptual.
Saya memahami bahwa materi komprehensif mulai dipaksa tanamkan kepada kami. Apa ini bagus? bagi Saya, ini bahkan melebihi ekpektasi, serius.
Kami dipaksa untuk memahami beragam fenomena fisika yang awalnya benar-benar terlihat tidak berhubungan, kemudian saling menghubungkannya dengan hal yang bahkan kami kira tidak akan mungkin terjadi. Hal itu dilakukan demi terselesaikannya suatu permasalahan keteknikan. Bagi Saya ini adalah sebuah upaya pembangunan pondasi jiwa seorang insinyur, entahlah, mungkin hanya Saya yang merasa demikian.
Hal sebaliknya mungkin terjadi pada teman-teman Saya, terlihat dari reaksi teman-teman yang dengan sikapnya mereka tidak menyukai apa yang sedang dikerjakannya atau pun respon saat kegiatan belajar mengajar di kelas.
Momen seperti ini pernah Saya alami sebelumnya, ketika masa-masa persiapan SBMPTN. Soal SBMPTN adalah soal yang memaksa siswa untuk berpikir seperti ini, mengaitkan hal yang sepertinya tidak berhubungan demi terselesaikannya suatu permasalahan. Contohnya, soal persamaan kuadrat yang menceritakan tentang deret geometri. Nah, sekarang bayangkan jika fenomena fisika yang menjadi bahannya.
Akhirnya, Saya pun mengerti mengapa tinjauan permasalahan yang disajikan dibuat atau mungkin sengaja dirancang agar dapat diterjemahkan dengan sudut pandang yang lebar. Hal-hal seperti inilah yang menuntut kami untuk berpikir lebih kreatif dan luas. Kreatif dengan kombinasi hukum fisika yang awalnya tidak berhubungan, luas hingga skala sistem sehingga solusi yang didapatkan pun tidak tunggal, tidak seperti soal matematika atau fisika biasa.
Tinjauan luas mencakup skala sistem berfungsi sebagai pijakan dasar dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini. Saya sendiri lebih menyenangi dengan mengingatnya sebagai "ini loh realitanya, nggak sesempit materi kuliah, terlalu banyak variabel yang membangun, dan terlalu banyak juga faktor X yang tidak dapat dijangkau meskipun sudah ditanggulangi".
Sistem yang Saya maksud memang merujuk pada sistem keteknikan, akan tetapi, lagi-lagi sering halnya dosen memberikan pesan tersirat yang Saya pahami sebagai
, sebuah pesan yang menunjukkan bahwa kehidupan setelah kelulusan nanti adalah kehidupan yang sangat sulit diprediksi,"di kehidupan nanti, sistem yang kamu hadapi bakalan lebih kompleks karena nggak ada hukum fisikanya dan selalu berubah sepanjang waktu"
Menurut Saya pribadi, kehidupan perkuliahan, khususnya akademik justru semakin menarik akhir-akhir ini, tapi mengapa sepertinya teman-teman Saya merasakan hal yang bahkan sampai bertolak belakang. Apa ini karena Saya memilih teknik fisika hanya karena "mengikuti kata hati?".
Entahlah~.
Didik Setiawan
0 Komentar