Salam,
Didik Setiawan
Rabu, 15 November 2017
Scoping /
Pelingkupan
Deskripsi proyek
Pabrik semen
yang beroperasi di daerah Rembang, atau lebih dikenal di Kendeng, dijalankan
oleh PT Semen Gresik yang merupakan anak perusahaan dari PT Semen Indonesia. Kegiatan
penambangan di Rembang, khususnya di sekitar area tambang milik PT Semen
Indonesia, sudah ada sejak lama. Kegiatan penambangan dilakukan oleh belasan
perusahaan swasta dengan Izin Usaha
Penambangan (IUP) sejak 1998 dengan luas sekitar250 hektare.
Penambangan
yang dilakukan oleh PT Semen Indonesia baru akan selesai setelah 78 tahun
beroperasi. Proses penambangannya dilakukan petak per petak. Dalam setahun,
area yang ditambang luasnya 10-15 hektare, sehingga proses penambangan tidak
dilakukan sekaligus.
Konsep
penambangan dirancang agar semua air hujan dimasukkan ke dalam lahan tambang,
sehingga air justru akan bertambah banyak pasca kegiatan penambangan,
sebagaimana yang telah dilakukan PT Semen Indonesia di Tuban.
Mengenai area
tambang menjadi kontroversi, Zona Kendeng berada jauh di sebelah selatan area
tambang milik PT Semen Indonesia. Lebih tepatnya, area yang akan ditambang itu
berada di Zona Rembang, yang letaknya di sebelah utara Zona Kendeng.
Gambar 1. Peta Kawasan Bentang Alam
Karst Sukolilo dalam Kepmen ESDM nomor 2641 tahun 2014
Rona lingkungan awal
Geologi Regional Zona Kendeng
Zona Kendeng
juga sering disebut Pegunungan Kendeng dan adapula yang menyebutnya dengan
Kendeng Deep, adalah antiklinorium berarah barat-timur. Pada bagian utara berbatsan
dengan Depresi Randublatung, sedangkan bagian selatan bagian jajaran gunung api
(Zona Solo). Zona Kendeng merupakan kelanjutan dari Zona Pegunungan Serayu
Utara yang berkembang di Jawa Tengah. Mandala Kendeng terbentang mulai dari
Salatiga ke timur sampai ke Mojokerto dan menunjam di bawah alluvial Sungai
Brantas, kelanjutan pegunungan ini masih dapat diikuti hingga di bawah Selat
Madura.
Menurut Van Bemmelen (1949),
Pegunungan Kendeng dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian barat yang terletak di
antara G.Ungaran dan Solo (utara Ngawi), bagian tengah yang membentang
hinggaJombang dan bagian timur mulai dari timur Jombang hingga Delta Sungai
Brantas dan menerus ke Teluk Madura. Daerah penelitian termasuk dalam Zona
Kendeng bagian barat.
Gambar 2. Fisiografi bagian tengah
dan timur Pulau Jawa (van Bemmelen, 1949)
- Lipatan Lipatan yang ada pada daerah Kendeng sebagian besar berupa lipatan asimetri bahkan beberapa ada yang berupa lipatan overturned. Lipatan – lipatan di daerah ini ada yang memiliki pola en echelon fold dan ada yang berupa lipatan – lipatan menunjam. Secara umum lipatan di daerah Kendeng berarah barat – timur.
- Sesar Naik Sesar naik ini biasa terjadi pada lipatan yang banyak dijumpai di Zona Kendeng, dan biasanya merupakan kontak antar formasi atau anggota formasi.
- Sesar Geser Sesar geser pada Zona Kendeng biasanya berarah timur laut- barat daya dan tenggara -barat laut.
- Struktur Kubah Struktur Kubah yang ada di Zona Kendeng biasanya terdapat di daerah Sangiran pada satuan batuan berumur Kuarter. Bukti tersebut menunjukkan bahwa struktur kubah pada daerah ini dihasilkan oleh deformasi yang kedua, yaitu pada Kala Plistosen.
1.
Geomorfologi Regional
Berdasarkan morfologi tektonik
(litologi dan pola struktur), maka wilayah Jawa bagian timur (meliputi Provinsi
Jawa Tengah dan Jawa Timur) dapat dibagi mejadi beberapa zona fisografis (van
Bemmelen, 1949) yakni : Zona Pegunungan Selatan, Zona Solo atau Depresi Solo,
Zona Kendeng, Depresi Randublatung, dan Zona Rembang.
Zona Kendeng
meliputi deretan pegunungan dengan arah memanjang barat-timur yang terletak
langsung di sebelah utara sub zona Ngawi. Pegunungan ini tersusun oleh batuan
sedimen laut dalam yang telah mengalami deformasi secara intensif membentuk
suatu antiklinorium. Pegunungan ini mempunyai panjang 250 km dan lebar maksimum
40 km (de Genevraye & Samuel, 1972) membentang dari gunungapi Ungaran di
bagian barat ke timur melalui Ngawi hingga daerah Mojokerto. Di bawah permukaan,
kelanjutan zona ini masih dapat diikuti hingga di bawah selatan Madura.
Ciri morfologi Zona Kendeng berupa jajaran perbukitan rendah dengan morfologi bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200 meter. Jajaran yang berarah barat-timur ini mencerminkan adanya perlipatan dan sesar naik yang berarah barat-timur pula. Intensitas perlipatan dan anjakan yang mengikutinya mempunyai intensitas yang sangat besar di bagian barat dan berangsur melemah di bagian timur. Akibat adanya anjakan tersebut, batas dari satuan batuan yang bersebelahan sering merupakan batas sesar. Lipatan dan anjakan yang disebabkan oleh gaya kompresi juga berakibat terbentuknya rekahan, sesar dan zona lemah yang lain pada arah tenggara-barat laut, barat daya-timur laut dan utara-selatan.
Ciri morfologi Zona Kendeng berupa jajaran perbukitan rendah dengan morfologi bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara 50 hingga 200 meter. Jajaran yang berarah barat-timur ini mencerminkan adanya perlipatan dan sesar naik yang berarah barat-timur pula. Intensitas perlipatan dan anjakan yang mengikutinya mempunyai intensitas yang sangat besar di bagian barat dan berangsur melemah di bagian timur. Akibat adanya anjakan tersebut, batas dari satuan batuan yang bersebelahan sering merupakan batas sesar. Lipatan dan anjakan yang disebabkan oleh gaya kompresi juga berakibat terbentuknya rekahan, sesar dan zona lemah yang lain pada arah tenggara-barat laut, barat daya-timur laut dan utara-selatan.
Proses
eksogenik yang berupa pelapukan dan erosi pada daerah ini berjalan sangat
intensif, selain karena iklim tropis juga karena sebagian besar litologi
penyusun Mandala Kendeng adalah batulempung-napal-batupasir yang mempunyai
kompaksitas rendah, misalnya pada formasi Pelang, Formasi Kerek dan Napal
Kalibeng yang total ketebalan ketiganya mencapai lebih dari 2000 meter.
Karena proses tektonik yang terus berjalan mulai dari zaman Tersier hingga sekarang, banyak dijumpai adanya teras-teras sungai yang menunjukkan adanya perubahan base of sedimentation berupa pengangkatan pada Mandala Kendeng tersebut. Sungai utama yang mengalir di atas Mandala Kendeng tersebut adalah Bengawan Solo yang mengalir mulai dari utara Sragen ke timur hingga Ngawi, ke utara menuju Cepu dan membelok ke arah timur hingga bermuara di Ujung Pangkah, utara Gresik. Sungai lain adalah Sungai Lusi yang mengalir ke arah barat, dimulai dari Blora, Purwodadi dan terus ke barat hingga bermuara di pantai barat Demak-Jepara.
Karena proses tektonik yang terus berjalan mulai dari zaman Tersier hingga sekarang, banyak dijumpai adanya teras-teras sungai yang menunjukkan adanya perubahan base of sedimentation berupa pengangkatan pada Mandala Kendeng tersebut. Sungai utama yang mengalir di atas Mandala Kendeng tersebut adalah Bengawan Solo yang mengalir mulai dari utara Sragen ke timur hingga Ngawi, ke utara menuju Cepu dan membelok ke arah timur hingga bermuara di Ujung Pangkah, utara Gresik. Sungai lain adalah Sungai Lusi yang mengalir ke arah barat, dimulai dari Blora, Purwodadi dan terus ke barat hingga bermuara di pantai barat Demak-Jepara.
Stratigrafi
Menurut
Harsono P. (1983) Stratigrafi daerah kendeng terbagi menjadi dua cekungan
pengendapan, yaitu Cekungan Rembang (Rembang Bed) yang membentuk Pegunungan
Kapur Utara, dan Cekungan Kendeng (Kendeng Bed) yang membentuk Pegunungan
Kendeng. Formasi yang ada di Kendeng adalah sebagi berikut:
1. Formasi Kerek
Formasi ini
mempunyai ciri khas berupa perselingan antara lempung, napal lempungan, napal,
batupasir tufaan gampingan dan batupasir tufaan. Perulangan ini menunjukkan
struktur sedimen yang khas yaitu perlapisan bersusun (graded bedding) yang
mencirikan gejala flysch. Berdasarkan fosil foraminifera planktonik dan
bentoniknya, formasi ini terbentuk pada Miosen Awal – Miosen Akhir ( N10 – N18
) pada lingkungan shelf. Ketebalan formasi ini bervariasi antara 1000 – 3000
meter.
2. Formasi Kalibeng
Formasi ini
terletak selaras di atas Formasi Kerek. Formasi ini terbagi menjadi dua anggota
yaitu Formasi Kalibeng Bawah dan Formasi Kalibeng Atas. Bagian bawah dari
Formasi Kalibeng tersusun oleh planktonik. Asosiasi fauna yang ada menunjukkan
bahwa Formasi Kalibeng bagian bawah napal tak berlapis setebal 600 meter
berwarna putih kekuningan sampai abu-abu kebiruan, kaya akan foraminifera ini
terbentuk pada N17 – N21 (Miosen Akhir – Pliosen). Pada bagian barat formasi
ini oleh de Genevraye & Samuel, 1972 dibagi menjadi Anggota Banyak, Anggota
Cipluk, Anggota Kalibiuk, Anggota Batugamping, dan Anggota Damar. Di bagian
bawah formasi ini terdapat beberapa perlapisan batupasir, yang ke arah Kendeng
bagian barat berkembang menjadi suatu endapan aliran rombakan debris flow, yang
disebut Formasi Banyak (Harsono, 1983, dalam Suryono, dkk., 2002
3. Formasi Pucangan
Di bagian
barat dan tengah Zona Kendeng formasi ini terletak tidak selaras di atas
Formasi Sonde. Formasi ini penyebarannya luas. Di Kendeng Barat batuan ini
mempunyai penyebaran dan tersingkap luas antara Trinil dan Ngawi. Ketebalan
berkisar antara 61 – 480 m, berumur Pliosen Akhir (N21) hingga Plistosen (N22).
Di Mandala Kendeng Barat yaitu di daerah Sangiran, Formasi Pucangan berkembang
sebagai fasies vulkanik dan fasies lempung hitam.
4. Formasi Kabuh
Formasi Kabuh
terletak selaras di atas Formasi Pucangan. Formasi ini terdiri dari batupasir
dengan material non vulkanik antara lain kuarsa, berstruktur silangsiur dengan
sisipan konglomerat dan tuff, mengandung fosil Moluska air tawar dan fosil –
fosil vertebrata berumur Plistosen Tengah, merupakan endapan sungai teranyam
yang dicirikan oleh intensifnya struktur silangsiur tipe palung, banyak
mengandung fragmen berukuran kerikil. Di bagian bawah yang berbatasan dengan
Formasi Pucangan dijumpai grenzbank. Menurut Van Bemmelen (1972) di bagian
barat Zona Kendeng (daerah Sangiran), formasi ini diawali lapisan konglomerat
gampingan dengan fragmen andesit, batugamping konkresi, batugamping
Globigerina, kuarsa, augit, hornblende, feldspar dan fosil Globigerina.
Kemudian dilanjutkan dengan pembentukan batupasir tuffaan berstruktur
silangsiur dan berlapis mengandung fragmen berukuran kecil yang berwarna putih
sampai cokelat kekuningan.
5. Formasi Notopuro
Terletak tidak
selaras di atas Formasi Kabuh. Litologi penyusunnya terdiri dari breksi lahar
berseling dengan batupasir tufaan dan konglomerat vulkanik. Makin ke atas,
sisipan batupasir tufaan makin banyak. Juga terdapat sisipan atau lensa – lensa
breksi vulkanik dengan fragmen kerakal, terdiri dari andesit dan batuapung,
yuang merupakan ciri khas Formasi Notopuro. Formasi ini pada umumnya merupakan
endapan lahar yang terbentuk pada lingkungan darat, berumur Plistosen Akhir
dengan ketebalan mencapai lebih dari 240 meter.
6. Formasi Undak Bengawan Solo
Endapan ini
terdiri dari konglomerat polimik dengan fragmen batugamping, napal dan andesit
di samping batupasir yang mengandung fosil-fosil vertebrata, di daerah Brangkal
dan Sangiran, endapan undak tersingkap baik sebagai konglomerat dan batupasir
andesit yang agak terkonsolidasi dan menumpang di atas bidang erosi pad Formasi
Kabuh maupun Notopuro.
Gambar 3. Stratigrafi Kendeng
(Harsono, 1983)
Referensi :
- Marks, P. 1957. Stratigraphic Lexicon of Indonesia. Publikasi Keilmuan No. 31. Seri Geologi. Republik Indonesia Kementerian Perekonomian Pusat Djawatan Geologi Bandung: Bandung, Indonesia.
- De Genevraye ,P. , Samuel , Luki . 1972. Geology of the Kendeng Zone (Central and East Java) . Indonesian Petroleum Association .
- Harsono, Pringgroprawiro. 1983. Stratigrafi daerah Mandala Rembang dan sekitarnya . Jakarta.
- Rahardjo, Wartono. 2004. Buku Panduan Ekskursi Geologi Regional Pegunungan Selatan dan Zona Kendeng. Jurusan Teknik Geologi. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
- https://news.detik.com/berita/d-3446869/isu-rusak-lingkungan-ini-penjelasan-ilmiah-penambangan-di-rembang (diakses 14 November 2017)
- https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/1/10/Peta_KBAK_Sukolilo.jpg (diakses 14 November 2017)
- http://download.portalgaruda.org/article.php?article=72913&val=4924 (diakses 14 November 2017)
- https://repository.ugm.ac.id/135122/1/45-58%20P1O-05.pdf (diakses 14 November 2017)
- http://hmgi.or.id/geologi-regional-zona-kendeng/(diakses 14 November 2017)
0 Komentar