Sebagai awal, harus ditegaskan bahwa ini perkara benar dan salah, setelahnya baru kita bisa menyatakan keberpihakan. Keberpihakan ini yang tidak perlu dipermasalahkan salah atau benar. Mengapa? akan dijelaskan di akhir.
Beberapa artikel sudah cukup fasih menjelaskan motivasi keberpihakan masyarakat kepada Bjorka [1]. Saya sendiri cukup yakin hanya sebagian kecil masyarakat yang tidak menyukai tindakannya -selain pencurian data pastinya.
Bjorka adalah penjahat yang mencuri data dan menjualnya di internet. Apakah dia adalah orang baik? apakah orang yang menghasilkan uang dengan cara mencuri adalah orang baik?.
Mengapa dia bisa mencuri data? jawabannya bisa dua. Pertama, dia ahli dalam membobol data. Kedua, perlindungan data kita lemah sehingga mudah dibobol. Masyarakat sepakat untuk memilih jawaban kedua.
Padahal kita tahu, seorang yang ahli dalam pekerjaannya memungkinkan dirinya untuk melakukan apa pun yang ada di bidangnya. Alih-alih menuduh perlindungan yang lemah, kita harus mengaku bahwa si pembobol memang punya kapabilitas yang hebat. Pembuktian sederhana bisa dilihat dengan popularitas dia di breached.to. Pertama, kita harus mengakui bahwa Bjorka adalah orang yang lihai.
Gambar 1. Popularitas Bjorka di breached.to
Apakah perlindungan data kita lemah? ini yang tidak kita ketahui karena tidak pernah ada pembuktian seberapa kuat / lemah sistem kita. Padahal, banyak white hat hacker yang siap menguji sistem kita (tidak gratis ya). Mereka ada untuk membantu siapa pun yang membutuhkan jaminan keamanan. Pertanyaannya, mengapa si penjaga data tidak mempublikasikan seberapa kuat penjagaan data kita? Nah ini yang jadi pertanyaan besar. Tentu saja berburuk sangka menjadi pilihan yang paling mudah; anggap saja sistemnya lemah. Masyarakat tidak salah karena pemerintah tidak membuktikan kapabilitas sistem penjagaan data. Ini dia poin kedua: tidak adanya bukti seberapa kuat sistem keamanan data di negara kita. Apa iya? Ini Saya copy langsung dari berita CNN [2]:
Berdasarkan publikasi International Telecommunication Union (ITU) pada 2021 menyebutkan Global Cyber Security Index Indonesia pada 2020 berada pada peringkat ke-24 dari 194 negara, dan mengalami peningkatan dari peringkat ke-41 di tahun 2018.
Intermeso, data security ini cukup banyak dijadikan kompetisi untuk menguji seberapa kuat sistem yang dibangun untuk melindungi suatu data. Nantinya, yang berhasil membobol akan diberikan hadiah. Contoh yang paling terkenal adalah Hack The Pentagon atau Cyberlimpics. Sedangkan, di Indonesia sendiri ada IDSECCONF dan Cyber Jawara.
Cara ini cukup lumrah di dunia information & technology. Tentu jadi pertanyaan mengapa pemerintah tidak menunjukkan kekuatan perlindungan data selain pernyataan pada berita atau konferensi pers?. Kalau berpikir positif, tentunya tidak etis menjadikan data masyarakat sebagai taruhan. Kalau negatif, ya pemerintah titik-titik hehe.
Balik lagi. Kesimpulannya, Bjorka adalah seorang pencuri dan dia salah. Tapi, apa tulisan ini hanya berhenti sampai sini? tentu tidak.
Saya pernah membaca tulisan di internet, katanya dia ini memanfaatkan kondisi psikologis masyarakat Indonesia. Sehingga, tidak sulit baginya untuk mendapat simpati dari masyarakat dengan aksinya yang menghina pemerintah dan dimaknai oleh masyarakat kita sebagai sebuah hiburan -Saya lebih yakin terhibur karena rasa ingin balas dendam ke pemerintah yang tersampaikan.
Gambar 2. STOP BEING AN IDIOT
Kita, masyarakat, takut dengan pemerintah. Begitu banyak luapan emosi negatif yang ingin disampaikan langsung dengan cara menghina, menghujat, dan melampiaskan dengan segala cara yang kotor. Kita ingin, tapi tidak bisa karena takut dipenjara. Kita ingin berbuat jahat (melanggar peraturan pemerintah) tapi kita takut dipenjara atau bahkan mati (? hehe).
Gambar 3. Pasal 311 KUHP
Dengan beragam perseteruan masyarakat VS pemerintah terkait kebijakan yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, sikap KOMINFO yang lucu, ditambah kenaikan BBM, aksi Bjorka menjadi hiburan dan harapan masyarakat yang selama ini terjerembap dalam rasa takut dalam mengekspresikan rasa kekecewaan terhadap pemerintah.
Hiburan karena pemerintah di hina, harapan karena kasus Munir diungkap (Muchdi merupakan terdakwa lama yang bebas[3]), dan harapan lainnya yang diberikan oleh Bjorka atas keahliannya membobol data -walaupun sekarang ini yang disoroti adalah dokumen pemerintah.
Motivasi Bjorka dalam membobol data pemerintah (selain untuk dijual) layak untuk dipertanyakan. Mengapa ia begitu peduli dengan bangsa kita? Kalau pengakuannya sih:
Gambar 4. Artikel di historia.id [4]
Terlepas dari akurasi pernyataan tersebut, intervensi ke keamanan suatu negara pastinya mempertaruhkan nyawa seorang hacker. Saya tidak tahu bagaimana kode etik hacker, yang pasti hacker disepakati sebagai penjahat yang tentu saja akan diberikan hukuman jika tertangkap. JIKA TERTANGKAP hehe.
Jika memang benar alasan dia adalah "membantu masyarakat" dalam mengungkap kasus lama, maka mungkin dialah sosok vigilante yang didoakan kehadirannya oleh banyak netizen. Ya, kadang kala sebagian netizen berharap dan berdoa agar ada sosok vigilante di Indonesia yang berhadapan dengan pemerintah kita.
Ada lagi yang beranggapan Bjorka hanyalah aktor untuk mengalihkan masyarakat dari kasus Sambo, kenaikan BBM, dan kasus korupsi pastinya. Terkait konspirasi, tentu saja apa pun bisa benar. Tapi kita tidak mengarah ke konspirasi, kita berbincang terkait keberpihakan.
Rasa puas atas emosi yang tersampaikan melalui Bjorka membuat masyarakat berpihak pada tokoh jahat yang sudah jelas adalah pencuri. Inilah menariknya, keberpihakan kita tidak berlandaskan benar atau salah, tapi terkait emosi dan harapan.
Tentu saja Saya berpihak pada Bjorka, mengapa? karena Saya menyukai drama yang segar. Kasus Bjorka VS Pemerintah akan sangat menarik jika Bjorka dipastikan orang luar negeri dan berhasil ditangkap. Lalu akan menjadi perbincangan internasional yang panas jika Bjorka mati bunuh diri / keracunan / kecelakaan tunggal (yeah, drama umum tapi internasional). Negara kita akan berhadapan dengan konflik yang sangat menarik.
Tapi, Saya sama sekali tidak ingin identitas Bjorka terungkap dan bahkan ingin dia panjang umur agar tetap menjadi pembawa harapan bagi masyarakat kita. Karena untuk saat ini, masyarakat terhibur dan tercerahkah dengan adanya harapan terungkapnya kasus yang tenggelam.
Keberpihakan ini yang tidak perlu dipermasalahkan salah atau benar. Mengapa? karena kita hidup di dunia yang akan sangat menyulitkan jika semua hal serba hitam putih. Kita perlu zona abu-abu untuk mempertegas bahwa nilai benar atau salah bersifat sangat relatif bergantung pada nilai kebenaran yang ia yakini. Dan untuk kali ini, keberpihakan masyarakat pada seorang pencuri adalah hal yang paling rasional.
Didik Setiawan
Sabtu, 17 September 2022
00.23
---
Referensi
[1] Nathaniel, Felix. Hacker Bjorka & Mengapa Sebagian Warganet Justru Mendukung Aksinya. 2022. Diakses dari https://tirto.id/hacker-bjorka-mengapa-sebagian-warganet-justru-mendukung-aksinya-gv74, 17 September 2022.
[2] Ayp. BSSN: Indeks Keamanan Siber RI Peringkat 24 dari 194 Negara. 2021. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210907150335-185-690926/bssn-indeks-keamanan-siber-ri-peringkat-24-dari-194-negara, 17 September 2022.
[3] Rahmayanti, Yunita. Perjalanan Muchdi Purwoprandjono, Terseret Kasus Munir namun Divonis Bebas. 2022. Diakses dari https://www.tribunnews.com/nasional/2022/09/11/perjalanan-muchdi-purwoprandjono-terseret-kasus-munir-namun-divonis-bebas, 17 September 2022.
[4] Isnaeni, Hendri. F. 2022 Bjorka dan Pembersihan Mahasiswa Indonesia di Eropa Timur. 2022. Diakses dari https://historia.id/politik/articles/bjorka-dan-pembersihan-mahasiswa-indonesia-di-eropa-timur-PKyOZ/page/1, 17 September 2022.
0 Komentar