Ramadhan & Idul Fitri 1444 H

Ramadhan dan Idul Fitri 1444 H

Ramadhan 1/3: Terakhir dan Berbeda? 

Tidak, ini bukan tentang kematian, melainkan hidup baru yang dijalani oleh sebagian teman-teman Saya, dan mungkin Saya suatu saat nanti. 

Dua tahun belakangan ini Saya selalu memikirkan bagaimana jika puasa kali ini adalah puasa terakhir Saya bersama keluarga? Saya tidak pesimis dengan kematian yang pasti, tapi Saya mengkhawatirkan suasana puasa jika tidak bersama keluarga akibat pernikahan. 

Bagi sebagian orang, mungkin, dibangunkan pasangan adalah suatu hal yang membahagiakan. Entah mengapa, belakangan justru Saya sedih membayangkan jika yang membangunkan Saya untuk sahur bukanlah mereka yang biasa membangunkan Saya sejak kecil. 

Saya melihat -dan sepertinya merasakan- bagaimana kesedihan teman yang baru saja menikah ditinggal orang tuanya. Teman Saya yang sangat humoris dan penuh tawa itu mendadak sedih di hari pernikahannya akibat ditinggal keluarganya. 

Pesan ibunya saat itu singkat, tapi menyakitkan bagi Saya 

"*sebut nama* mama pulang dulu ya"

. . . 

Puasa akan berbeda. Sebelum menjadi yang terakhir, mari nikmati momennya. Bersama keluarga. 

 

Didik Setiawan 

 

Karawang, 29 Maret 2023 

19.10 


Ramadhan 2/3: Definisi Wajib 

Satu fakta yang baru Saya dapatkan di dunia kerja adalah sebagian orang tidak berpuasa karena alasan pekerjaan. Menariknya, kata teman Saya, mereka yang tidak berpuasa juga tidak mengganti puasanya. 

Waw, batin Saya heran memikirkan bagaimana bisa mereka tidak dibayangi rasa bersalah akibat meninggalkan suatu hal wajib di agamanya sendiri? Mereka dilahirkan langsung dijejali dengan tradisi keagamaan, mereka menikah dengan aturan agama, mereka mati dikuburkan dengan syarat agama. Kok bisa-bisanya kewajiban agamanya ditinggalkan?. 

Ingin diberlakukan sesuai agama, tapi beragama saja tidak mau. Ingin hari raya, puasa saja tidak mau? ibarat orang nggak mau sekolah tapi nuntut mau ikut acara kelulusan?. 

Mereka saat kecil dilatih puasa oleh orang tuanya, lantas mengapa ketika sudah dewasa tidak bisa menerapkan hasil latihan puasanya?. 

Jika kita melepaskan konsep puasa dari agama, maka ini bukan masalah keimanan, melainkan masalah tanggung jawab moral pada pribadi yang begitu akut. 

Ah, mungkin mereka saja yang tidak paham apa itu "wajib" dalam agama. 

 

Didik Setiawan 


Karawang, 29 Maret 2023 

19.11 


Ramadhan 3/3: Puasa Anak Kecil

Orang yang sudah melewati masa pubertas seharusnya mengalami tantangan puasa yang bukan sekadar lapar dan haus. Mereka yang sudah tau bagaimana serunya gibah dan melampiaskan amarah dengan jari atau caci maki seharusnya juga sadar bahwa pelampiasan seperti itu memiliki rasa yang luar biasa melegakan. Setara atau bahkan melebihi dari rasa puas akibat makan minum saat haus dan lapar. 

"Bajing@n! bajing@n! bajing@n!" 

adalah tiga kata tunggal dalam video viral yang menggambarkan seorang bapak-bapak melampiaskan dengan berteriak di pinggir jalan. Netizen mengakui bahwa cara itu merupakan cara ampuh dalam melampiaskan emosi. Secara teknis, berteriak memang solusi dari sebagian masalah. Sebagian orang malah menganggap kata-kata semacam itu justru memberikan sensasi yang jauh melegakan. 

Pelampiasan ini yang tidak bisa kita rasakan saat kita kecil. Pelampiasan ini jugalah yang terlarang. Pelampiasan inilah yang menjadi tantangan kita dalam berpuasa. Kalau kamu tetap melampiaskan dengan cara ini di saat puasa, apa bedanya dengan puasa anak kecil yang cuma mampu menahan haus dan lapar?

 

Didik Setiawan 


Karawang, 29 Maret 2023  

19.12 


Idul Fitri 1/3: Tradisi dan Pakaian Baru 

Sempat ada momen skeptis melihat orang yang menjadikan pakaian baru sebagai budaya yang layak saat lebaran. Pikir Saya pendek saat itu: hanya karena hari raya, bukan berarti kita harus serba baru!. 

Telat Saya menyadari bahwa perspektif mensyukuri nikmat yang diberikan Allah bisa dengan metode publikasi [93:11]. Konsepnya bukan untuk pamer, melainkan sebagai antitesis dari rasa pelit terhadap diri dengan pembuktian bahwa rezeki yang didapat sudah digunakan sebagaimana mestinya. Menunjukkan kenikmatan rezeki yang diberikan oleh Allah pada lebaran adalah momen paling tepat. Ia adalah momen untuk ‘menghadirkan pakaian baru’ ke hadapan-Nya dalam sholat Ied. 

“Ini adalah rezeki dan karunia-Mu, hamba tunjukkan pertama kali kepada-Mu sebagai wujud rasa syukur“ 

Lagi pula, lebaran adalah hari kita untuk bersuka ria dan legal secara agama.  

Satu-satunya yang lebih layak dipermasalahkan pada perayaan lebaran adalah tradisi dalam mempersiapkan hari raya itu sendiri. Pikirku, 10 malam terakhir Ramadhan adalah momen terbaik untuk menguatkan ibadah, tapi mengapa justru dihabiskan dengan perkara non ibadah yang mengarah pada tradisi?. 

Entahlah, mungkin skeptis ini juga bisa berubah. Siapa yang tahu? 

 

Didik Setiawan 


Bekasi, 8 April 2023

17.51 


Idul Fitri 2/3: Perilaku Berulang

Kemudian, biasanya banyak orang yang cukup pesimis dengan menganggap lebaran hanya sebagai momen noktah pembaruan pakaian. Mereka beranggapan bahwa manusia itu "nanti juga balik lagi". Sejujurnya, Saya cukup benci dengan pikiran pesimis semacam ini. 

Kembalinya ke kondisi default yang tidak baik, atau bahkan buruk mungkin adalah sebuah keniscayaan. Akan tetapi, beranggapan bahwa orang lain akan kembali ke kondisi buruknya setelah Ramadhan usai menurut Saya adalah tindakan yang kurang etis. 

Bagi Saya, secara implisit orang tersebut juga pesimis dengan keajaiban bulan Ramadhan yang bisa mengubah banyak hal. Ia secara tidak langsung menganggap Ramadhan hanya momen pencapaian hari raya yang tidak memiliki dampak ke manusia. 

Begini, kita berada di domain kepercayaan. Percaya akan suatu rentang waktu ajaib. Momen ajaib yang dapat mengubah banyak hal terlepas dari individu yang bersangkutan. 

Mungkin, banyak yang akan kembali seperti sedia kala; kembali menjadi buruk. Tapi, bukankah beranggapan orang lain akan menjadi buruk seperti sedia kala serupa dengan kita yang berprasangka buruk dengan ketiadaan keajaiban dalam Ramadhan dan hari rayanya? 

 

Didik Setiawan 


Bekasi, 8 April 2023 

18.48

 

Idul Fitri 3/3: Transformasi

Konsepnya sama seperti postingan tahun lalu, Saya sekadar mengingatkan bahwa sekarang adalah momen terbaik, momen paling tepat untuk menjadikan ibadah Ramadhan sebagai kebiasaan tambahan. 

Perempuan yang belum berhijab bisa langsung dirutinkan hijabnya. Biasanya malas sholat jamaah, bisa dimulai dari magrib, isya, dan subuh. Serta, inilah momen terbaik untuk mulai merutinkan puasa sunnah. 

Dalam temuan Dr. Maltz tahun 1960 (Psycho-Cybernetics) tentang adaptasi minimal 21 hari, seharusnya tubuh sudah terbiasa dengan ibadah yang biasa dilakukan saat Ramadhan. Dengan bantuan muscle memory, seharusnya semua kebiasaan Ramadhan jadi makin ringan. Atau, bisa juga dengan konsep deliberate practice 10.000 jam ala Anders Ericsson tahun 1993 (The Role of Deliberate Practice in the Acquisition of Expert Performance). (catatan: terlepas dari pro kontra teori yang bersangkutan, Ramadhan adalah alibi kuat untuk membangun kebiasaan baik baru). 

Untukmu yang masih belum bisa meniatkan untuk ibadah, mungkin bisa dengan niat 'mencoba ibadah'. Jika belum bisa "Aku puasa sunah untuk Allah" maka bisa dicoba dengan "Ah nyoba puasa sunnah, barangkali bisa". Jalankan ibadah itu semampunya, sedangkan meninggalkan larangan itu secara total (HR. Bukhari, no. 7288 dan Muslim, no. 1337). 

 

Didik Setiawan 


Bekasi, 8 Apri 2023 

19.09

Posting Komentar

0 Komentar